HAPPY READING
.
.
.
.
.---✧---✧---
"Kemana semua orang?" tanya Aldi mendudukkan dirinya. Menolehkan kepala melihat ke sekeliling markas yang sepi hanya terdapat satu orang saja.
Alim salah satu anak Alaster melihatnya sekilas sembari menjentikkan abu rokok di asbak yang terletak di meja."Lo bicara sama gue?" ujarnya.
"Hm, orang disini cuma ada kita berdua." balas Aldi mengeluarkan kotak rokok dari sakunya kemudian menyalakan salah satunya dengan korek api milik Alim yang tergeletak di meja.
"Lo kira gue patung! Pertanyaan lo seakan tidak ada siapapun di ruangan ini." ketus Alim.
Aldi mengebulkan asap rokok dengan bola mata yang memutar malas."Lo kan bukan manusia, lebih tepatnya iblis." katanya mencibir Alim.
"Anak-anak pada kemana?" ujar Aldi mengulangi pertanyaannya yang belum sempat Alim jawab.
"Ikut pak bos." balas Alim.
Aldi mengerutkan dahi. "Kemana?" tanyanya.
Alim mengangkat bahu menandakan bahwa ia tidak mengetahuinya. Tangannya bergerak mengambil minuman bersoda yang terletak di meja. "Mana gue tau." katanya.
Dari arah barat terdengar suara ketukan langkah kaki ternyata kedua lelaki itu berjalan menghampiri Aldi dan Alim. Mendudukkan tubuh jenjangnya di sofa empuk berwarna putih tulang.
"Kenapa?" ujar Daniel mengerutkan dahi saat melihat Aldi yang menyipitkan mata.
"Nggak." balasnya dengan singkat.
"Bukanya hari ini lo ada acara dengan nyokap lo?" tanya Fian membuka suara setelah mengingat perkataan Aldi kemarin malam.
"Nyokap?? Tunggu-tunggu ... nyokap lo udah balik?" sahut Daniel meringis kesakitan kala Fian menginjak kakinya dengan keras.
"Anjing!!" ucapnya sontak mengumpat.
Daniel sontak melayangkan tatapan tajam kepada Fian yang menyeringai seperti iblis. "Kenapa hm? Mau protes," ujarnya membelai pipi Daniel dengan lembut, namun dengan segera tangan Daniel memukul kepalanya dengan kaleng minuman soda.
"Jijik gue ... hush ... hush ... hush ... jauh-jauh dari gue," pekik Daniel bergeser. Memberi jarak antara dia dan Fian.
"Lagian gue masih waras, nggak kayak lo miring." sambungnya yang masih kesal.
Fian membelalakkan mata, menoleh kearah samping sembari melemparkan tatapan tajam."Enak aja! Gue waras ... pacar gue aja banyak, nggak kayak lo jomblo terus sampai aki - aki." pekiknya menyeringai tipis.
"Apa lo bilang!!" pekik Daniel berdiri. Melepaskan jaket sembari melemparkannya kearah Alim.
"Anjir!! Jaket lo bau banget." ujar Alim gelagapan kala Daniel melemparnya tepat di wajahnya.
Daniel sekilas menoleh dengan wajah yang datar. "Enak aja ... asal lo tau parfum gue itu mahal," katanya.
"Halah uang bokap." sahut Fian mengebulkan asap rokok.
Daniel sontak melayangkan tatapan tajamnya. "Mulut lo! Kayak lo nggak aja ... orang beli permen yang harganya goceng, lo minta uang ke nyokap lo." cibirnya tersenyum remeh.
Aldi dan Alim memilih menyimak dan sesekali menahan tawa mendengar lontaran keduanya yang saling membuka aib. Memang biasa dengan perdebatan keduanya yang ujung-ujungnya saling membuka aib.
Fian membelalakkan mata dengan sempurna. "Anjing ni anak, siapa juga yang minta uang ke nyokap padahal cuma beli permen. Gue beli sepabriknya sekalian aja bisa." sengitnya bersedekap tangan, bibirnya menyungging keatas kala melihat wajah Daniel yang memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUENZA
Teen Fiction[SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW DULU, TERIMAKASIH] Quenza Putri Alexandra, siswi berambut panjang tergerai, berhidung mancung. Memiliki hobi membaca novel dengan genre yang berbeda-beda, terlebih cerita sedih. Namun, ia tak menyangka jika alur h...