QUENZA|17

1.6K 135 4
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan hingga salah satunya membuka pembicaraan. Quenza membinarkan matanya kala melihat permen kapas yang berbentuk kuda poni.

"Dev...Beli itu." Ujar Quenza memelas sembari menunjuk ke tukang permen kapas.

"Nggak,..Gigi lo nanti sakit!" Balas Devan menoleh sekilas.

"Ayolah...Sekali aja."
"Gue janji cuma beli satu...Pliss." Ujar Quenza dengan puppy eyes.

"Hm...Lo tunggu sini!" Balas Devan sembari membuka pintu mobil.

"Nggak, Gue ikut!" sahut Quenza menyusul keluar mobil.

"Bandel banget." Gumam Devan sembari menarik tangan Quenza kearah tukang permen kapas.

Sesampainya ditukang permen kapas Quenza tersenyum sumringah sembari melihat-lihat menu yang sangat menggiurkan dan menggemaskan.

"Mau yang mana?" Tanya Devan menoleh kearah Quenza.

"Ini, ini sama itu." jawab Quenza sembari menunjuk varian permen kapas.

Devan menghela nafas."Satu aja." ucap Devan singkat.

"Enggak mau...Mau tiga." Ujar Quenza memelas sambil mengangkat tiga jarinya.

"Lo tadi janji sama gue, cuma beli satu...Kalo nggak yaudah ayo pulang." Ucap Devan menarik tangan Quenza.

"Oke...Satu!"pekik Quenza sembari melepaskan tangannya dari genggaman Devan kemudian berlari kembali ke arah tukang permen kapas.

Devan menggelengkan kepala sembari tersenyum tipis."Keras kepala tapi gue sayang."

"Mang, Permen kapasnya satu!" Ujar Quenza bersemangat.

"Yang mana neng?" balas pedagang.

"Kuda poni, yang besar ya mang."

"Siap!"

"Za...Kok yang besar sih nanti gigi lo sakit."

"Pokoknya gue mau yang besar!" Pekik Quenza mendengus kesal.

"Jadinya ini yang kecil atau besar?" Tanya pedagang kebingungan.

"Yang besar mang!" Sahut Devan menoleh sekilas kearah Quenza.

"Siap!"

Sembari menunggu permen kapasnya dibuat Quenza pergi melangkah ke arah taman bunga yang berada diseberang tak jauh dari tempat penjual permen kapas tadi.

Saat akan menyebrang jalan ia tidak menyadari bahwa ada mobil yang melaju kencang dari arah utara sontak ia menutup mata karena ketakutan.

Devan yang melihat akan keberadaan laju mobil yang kencang lantas berlari kearah jalan dan menarik tangan Quenza ke tepi jalan sembari memeluk erat.

"Devan." Quenza melihat Devan yang tengah memeluknya.

"Gue takut.."

QUENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang