QUENZA|25

1.3K 63 11
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

"Lo berdua pesan apa?" ujar Quenza membolak-balik buku menu.

Satria meletakkan ponselnya."Coba gue liat." sahutnya. Menarik buku menu dari tangan Quenza.

"Gue pesan nasi goreng, rendang, es teh." jawab Satria memberikan buku menu itu ke Jesica.

"Gue bebek goreng, salad, lemon tea." ujar Jesica.

Jesica menoleh ke arah Quenza yang sibuk dengan ponselnya. "Lo pesen apa za?" tanyanya.

Quenza menghela nafas. "Gue udah pesen kok, lo tenang aja."

"Itu aja kak?" ujar waiters selesai mencatat pesanan mereka. Quenza mengangguk sembari tersenyum.

"Ditunggu ya." Waiters tersebut pergi meninggalkan mereka.

--------------

"Lo beneran tahu ... mereka ada di sini?" ujar salah satu pemuda berkacamata hitam memasuki area restoran nusantara.

salah seorang dari mereka memutar bola malas."Percaya sama gue ... suruhan gue itu penguntit handal." ujarnya mengetikkan pesan terharap orang kepercayaannya.

kimo

"Lo dimana?"

"Gue udah nyampe dari tadi, posisi lo bagian mana?"

"Dari pintu depan, lo lurus terus belok kanan lo mentok aja setelah itu lo belok kiri."

"Okey."

"Yuk." ujarnya berjalan mendahului keduanya yang kebingungan.

"Lo beneran tau jalannya, yan?" sahut seorang lelaki yang dari tadi berbicara panjang lebar.

Fian memutar bola malas. "Berisik lo, dev ... pusing gue lama-lama," pekiknya.

"Bener apa yang Fian katakan, lo dari tadi cerocos mulu ... telinga gue panas dengernya," sahut Daniel ngegas.

Devan menggaruk tengkuknya. "Ya maap, ntar gue turutin semua kemauan lo berdua." ujar Devan membuat keduanya terdiam dengan mata yang membulat sempurna.

"Lo serius!?." pekik Fian diangguki oleh Devan.

"Okey deal!!" sorak Fian menyambar tangan Devan.

Setelah itu mereka kembali melangkah kearah tempat yang sudah di sherlock oleh mata-mata Fian. Tak lama dari kejauhan mata elang Devan menangkap istri tercintanya yang sedang bercanda gurau dengan lelaki yang tak lain adalah sahabatnya yang baru pulang. Tangannya mengepal kuat dengan wajah sedikit merah terbakar api cemburu.

"Are you okey?" ujar Daniel melihat ekspresi wajah Devan yang menahan emosi.

"Yan, mana orang yang lo kirim?" tanya Daniel mengerutkan dahi melihat Fian yang celingak-celinguk mencari keberadaan orang yang ia kirim untuk menjadi mata-mata.

"Sabar njing ... gue juga masih mencari keberadaannya." sengit Fian.

Devan melangkah pergi. "Nggak perlu." ujarnya terdengar sangat dingin.

"Hai?" ujar Devan membuat ketiganya menoleh kearahnya.

Satria menyipitkan mata sebelah."Siapa ya?" tanyanya.

QUENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang