Happy reading
•
•
•
•
•Quenza duduk di samping jendela bersandar tembok sembari melamun memikirkan perkataan yang Devan lontarkan tadi.
flashback
"Dev...Maafin gue." Ucap Quenza memelas.
"Za, sebenarnya lo anggap gue sebagai apa lo?" ucap Devan membuat Quenza tersentak menoleh.
"Jawab za!" teriak Devan sembari menggoyangkan Quenza.
"Gue tau lo selama ini nggak pernah anggep gue ada." ucap Devan sambil meneteskan air mata.
"Makanya lo nggak mau nurut sama gue."
"Lo sebenarnya cinta nggak sih sama gue." sambung Devan sembari melihat Quenza yang terdiam.
Devan terkekeh melihat quenza."Lo nggak cinta kan sama gue, jujur aja za nggak usah gengsi."
Quenza menggeleng mendengar perkataan Devan.
"Gue kecewa banget sama lo...Lo liat tadi gue dipermaluin bokap lo didepan nyokap lo...Hati mana yang nggak sakit!" ujar Devan meneteskan air mata.
"Sorry kalo selama ini bikin lo nggak nyaman atau lo mau cerai!" sambung Devan dengan tatapan kosong membuat Quenza menggeleng kepalanya.
"Semua keputusan ada ditangan lo...Gue pulang dulu kalo lo dah mau pulang telpon gue." pergi meninggalkan Quenza yang terduduk lemas sembari mengeluarkan air mata.
Flashback off...
"Hiks..hiks...hiks...gue nggak bermaksud untuk permaluin lo." ucap Quenza sembari terisak mengingat perkataan Devan tadi.
"𝑴𝒂𝒂𝒇𝒊𝒏 𝒈𝒖𝒆,...𝒈𝒖𝒆 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒍𝒐." batin Quenza mengeluarkan air mata.
"Za.." ucap Melisa sembari menepuk pundak Quenza.
"Mama." balas Quenza menghapus air matanya.
"Kenapa hem...kalian berantem?"
Quenza menggeleng.
"Kamu jujur sama mama." ujar Melisa.
Quenza menunduk sembari memainkan jari-jari tangan.
Melisa yang menyadari sikap anaknya itu menghela nafas lalu menariknya ke dalam pelukannya sembari mengelus rambut Quenza dengan halus.
"Hiks,..hiks,..hiks,..hiks,..." isakan Quenza di pelukan mamanya.
"Mah,.seharusnya Quenza nggak egois maka semua ini nggak akan terjadi." keluh kesah Quenza.
"Semuanya sudah terlanjur,..jadi kedepannya kamu harus bisa menahan ego kamu." nasehat Melisa.
Berbeda dengan Devan, mengendarai mobil berwarna putih dengan kecepatan diatas rata-rata membelah jalanan di kota Jakarta.
Mata yang memerah, dagu yang mengerang tegas dan tangan yang mengeluarkan cairan kental merah kala meninju tembok di garasi rumah Quenza hingga retak.
Sampainya ia menghentikan mobilnya tepat di depan rumah berlantai tiga dengan warna putih keabuan yang tak lain adalah rumah Aldi.
Aldi memang lagi dirumah sendirian dikarenakan orang tuanya sedang menjalankan bisnisnya di luar negeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUENZA
Teen Fiction[SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW DULU, TERIMAKASIH] Quenza Putri Alexandra, siswi berambut panjang tergerai, berhidung mancung. Memiliki hobi membaca novel dengan genre yang berbeda-beda, terlebih cerita sedih. Namun, ia tak menyangka jika alur h...