Happy reading
.
.
.
.Quenza menghentikan langkah, melihat kagum roller coaster yang melaju dengan kecepatan tinggi. "Dev,"
Devan mengerti dari tatapannya Quenza seperti ingin menaiki wahana tersebut."Nggak. Yang lain, gimana kalau komedi putar?" balasnya menarik tangan Quenza kearah komedi putar.
"Mau naik itu." ujarnya menunjuk pada roller coaster yang melaju di atas ketinggian.
Devan menghela nafas."Jangan ya, itu bahaya ... gimana kalo sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi saat kita menaikinya." ujarnya meyakinkan Quenza akan bahaya menaiki roller coaster.
"Nggak mau! Hiks .... hiks ... hiks." pekik Quenza berteriak sembari menangis sontak membuat pengunjung lainnya melihat kearahnya dengan berbisik-bisik.
"Lihat itu, kasihan anaknya masa mau naik wahana nggak boleh." ujar pengunjung wanita, menunjuk kearah Quenza.
"Iya kasihan,"
Salah satu pengunjung menghampiri Devan."Maaf pak, itu anaknya mau naik wahana roller coaster." katanya dengan sopan.
Wajah Devan datar seperti biasa."Terus urusannya sama anda apa?" ujarnya terdengar berat.
"Ya allah pak, itu anaknya udah nangis kejer loh ... masa ngga kasihan!?" pekik pengunjung lainnya. Mengelus punggung Quenza sembari memberikan air mineral.
"Itu urusan saya ... permisi," balas Devan menarik tangan Quenza menjauhi keramaian tersebut.
"Udah, nggak usah drama." ujar Devan melepaskan genggaman tangan, berjalan mendahului.
Quenza tersenyum sambil menghapus air mata buaya, berlari kecil menyusul Devan."Bagus nggak acting gue?" tanya Quenza terkekeh kecil.
Devan menghentikan langkah, melihat Quenza dengan sinis."Sangat sangat bagus nyonya Devan." katanya.
Quenza menyinggung senyuman sombongnya sembari mengibaskan rambut."Quenza gitu loh." pekiknya.
"Sekarang waktunya naik roller coaster!" sorak Quenza menarik lengan Devan mengarah ke pemberhentian roller coaster.
"Lain kali aja ya," ujar Devan memohon.
"Nggak mau! Mau sekarang." tolak Quenza. Meninggalkan Devan yang mematung.
Akhirnya mereka berdua menaiki roller coaster, adrenalin yang tiba-tiba mencuat kala kereta meluncur dengan kecepatan tinggi pada jalur rel khusus. Suka duka mereka lalui dengan penuh ketegangan dan kegirangan.
"Wuhuu.." sorak Quenza mengangkat kedua tangan keatas kala kereta meluncur ke bawah.
Devan sontak memegang pinggang Quenza, takut jika sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi."Jangan gitu, gue nggak suka!" pekiknya meninggikan suara agar Quenza mendengar.
---✧---✧---
"Rumah lo daerah mana?" ujar Daniel membuka pembicaraan, memecah keheningan.
Jesica menoleh."Hah ... apa?" katanya menatap wajah Daniel.
Daniel menghela nafas kemudian melihat kearah Jesica membuatnya bertukar pandang dengan Jesica yang sontak mengalihkan pandangan melihat kearah depan menutupi kegugupannya."Rumah lo, daerah mana jesi!?" tanyanya.
"Lo lurus aja nanti depan belok kanan." jawab Jesica memberikan arahan tempat tinggalnya.
Daniel manggut-manggut mengerti arahan yang Jesica berikan. Mobil hitam itu melaju melesat dengan cepat melewati padatnya lalu lintas.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUENZA
Teen Fiction[SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW DULU, TERIMAKASIH] Quenza Putri Alexandra, siswi berambut panjang tergerai, berhidung mancung. Memiliki hobi membaca novel dengan genre yang berbeda-beda, terlebih cerita sedih. Namun, ia tak menyangka jika alur h...