Happy reading
.
.
.
.
---✧---✧---Pagi ini entah apa yang membuat Quenza sudah menyibukkan dirinya di dapur. Padahal, berulangkali Siska dan Devan melarangnya apalagi setelah insiden kelelahannya kemarin. Wanita dengan celemek berwarna pink, dengan serius mengaduk teflon yang berisi potongan daging sapi. Mengerti, air santannya mendidih, Quenza memasukkan potongan cabe rawit yang menambah tampilan makanan itu. Kemudian, Quenza menyambar sendok yang berada di kotak kecil seraya menyendok kuah kental makanan itu.
"Enggak, begitu buruk," ucapnya setelah mencicipi masakannya.
Sepasang tangan kekar melingkar di perut Quenza yang tampak sedikit membuncit. Indra penciuman Quenza menerima wangi khas citrus Devan.
Devan mengecup singkat pipi Quenza sebelah kanan. "Pagi, sayang."
"Morning."
"Tumben lo sudah bangun? Biasanya kalo weekend lo bangun siang."
"Sengaja. Dan lagi aku enggak bisa tidur nyenyak kalo enggak ada bidadari di sampingku." Quenza membeliakkan mata seraya menoleh kearah kanan.
"Aku?"
Devan diam, lalu mengangguk. "Iya, aku. Mulai dari sekarang aku maunya pake 'aku kamu' bukan 'lo gue' , dan ah, ya,.."
Quenza menyipitkan mata seraya menunggu ucapan dari Devan. Tampak dari ekspresi wajah lelaki itu, bisa ia simpulkan bahwa ucapannya setelahnya pasti tidak masuk akal.
"Dan, apa?"
"Kamu, jangan panggil teman aku 'kak' aku enggak suka," ujar Devan.
Quenza membuka mulutnya, tercengang dengan apa yang baru saja Devan ucapkan. Lantas, sesaat wanita itu tertawa terbahak, tidak habis pikir jika suaminya itu tengah cemburu.
"Kamu cemburu?" tanya Quenza sembari menoel-noel pipi Devan dengan gemas.
"E-enggak lah, mana ada aku cemburu."
"Hayo,. Ngaku, sudah jelas-jelas kamu cemburu." wanita itu dengan senang menggoda Devan. Lelaki dengan iris mata berwarna hazel itu mendengus kesal.
"Fine. Aku cemburu." Quenza tersenyum kemenangan.
"Bagaimana tidak, Aldi aja kamu panggil dengan embel-embel 'kak' masa aku sendiri yang suami kamu enggak ada embel-embelnya gitu?" celetuk Devan membuat Quenza gemas.
"Oh gitu, jadi suami aku yang ganteng ini mau di panggil 'kakak' juga?" Quenza mengalungkan kedua tangannya di leher Devan.
"Ck. Masa 'kakak' sih, enggak romantis, sayang dong," gumam Devan, bisa di dengar oleh telinga Quenza.
Quenza tersenyum lebar. Jelas, bisa ia lihat di wajah Devan tersirat harapan dan kekesalan. Manik matanya yang indah beralih melihat bola mata Devan yang berwarna hazel. Beda halnya, dengan Devan yang dengan serius melihat bibir Quenza yang melengkung indah dan sexy.
"Wah,. Wah,.. tumben anak mama udah bangun?" Siska menghampiri keduanya dengan membawa sekeranjang buah apel.
Devan memutar bola matanya. "Lagian Devan kan, biasa bangun pagi," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUENZA
Teen Fiction[SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW DULU, TERIMAKASIH] Quenza Putri Alexandra, siswi berambut panjang tergerai, berhidung mancung. Memiliki hobi membaca novel dengan genre yang berbeda-beda, terlebih cerita sedih. Namun, ia tak menyangka jika alur h...