HAI,.. HAI,...
BAGAIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA BAIK.SEBELUMNYA AKU MAU NGUCAPIN BANYAK TERIMAKASIH UNTUK PARA PEMBACA SETIA QUENZA. THANK YOU GUYS..
TOLONG UNTUK DIMAKLUMI JIKA TULISAN ATAU EJAANNYA BELUM BENAR, JIKALAU ADA TOLONG DIINGATKAN.JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT, DLL. MOHON DIMAAFKAN.
OKE, LANJUT,...
---✧---✧---
Perkumpulan geng motor berjaket hitam dengan lambang elang di lengan kanan, meramaikan warung kecil yang sering disebut kedai Dewa. Bukan hanya itu, lokasinya juga lebih dekat dengan sekolah sehingga membuat mereka gampang untuk bolos.
"Gue dengar-dengar besok ada pertukaran pelajar dari SMA kota lain," ucap Fian setelah membaca pengumuman yang tertera di grup kelas XII seangkatannya.
"Gue harap cewek," sahut Daniel ikut nimbrung ucapan Fian.
"Cewek mulu. Noh Jesi aja lo anggurin," celetuk Fian lantas membuat anggota Alaster lainnya menyoraki Daniel.
Daniel mendengus kesal. Ia dan Jesi hanya teman, sebatas teman dan tidak lebih. Itupun terkadang tidak terlalu akrab. Lantas, kenapa para teman sengklek nya itu terus menjodoh-jodohkan dengan Jesi, ntah lah pusing gue.
"Hubungannya apa sama gue," pinta Daniel tidak sadar jika selama ini sifat manisnya bisa membuat anak orang baper.
Misal, sebut saja Jesi. Perempuan cantik itu kerap kali mendapat pertolongan entah tak sengaja atau memang di sengaja dari Daniel. Menjadi anak tunggal dari pasangan yang super sibuk, kadang kala membuat Jesi mau tidak mau pulang naik angkutan umum atau nebeng Sisil. Secara tidak terduga juga, laki-laki yang sama sekali tidak pernah menawarkan tumpangan kepada perempuan itu tergerak menghampiri Jesi dan terjadi adu mulut sebentar hingga Jesi mau pulang diantar oleh Daniel.
Bukan itu saja, laki-laki pemilik mulut manis seperti Daniel sangat mudah memikat hati para wanita yang ia temui.
"Anak orang dengan mudah lo baperin."
Berbeda terbalik dengan cowok bermata hazel yang tidak tertarik dengan arah perbincangan mereka. Devan memilih duduk di pojok sembari menghisap rokok, tak sesekali juga melihat kearah teman-temannya dengan kegilaannya yang sudah tidak terkendali. Tak lama, terasa getaran pada saku kanan jaketnya, ia lantas menenggelamkan tangannya dan mengambil ponsel berlogo apel.
Sisil calling...
Dahinya mengerut, ngapain dia nelpon gue. Buang-buang waktu gue aja. Ia lantas membiarkan ponsel itu berbunyi di atas meja. Biarkan saja, toh nanti juga capek sendiri. Namun lagi-lagi nama Sisil kembali tertera di layar ponselnya.
"Apa?" ucapan Devan dengan ketus.
"Dev, Quenza pingsan. Mama lo nyuruh agar lo cepat pulang," kata Sisil dengan nada sedih dan cemas.
"Quenza pingsan!" teriakan Devan lantas mengundang mata melihat kearahnya.
"Pasti gara-gara lo kan?!"
"Maaf," Devan mengusap wajahnya dengan gusar. Harusnya ia tidak izinin Sisil datang kerumahnya, harusnya ia biarkan saja permohonan dari Quenza. Seandainya saja, hatinya tidak luluh dengan wajah murung Quenza pasti enggak akan begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUENZA
Teen Fiction[SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW DULU, TERIMAKASIH] Quenza Putri Alexandra, siswi berambut panjang tergerai, berhidung mancung. Memiliki hobi membaca novel dengan genre yang berbeda-beda, terlebih cerita sedih. Namun, ia tak menyangka jika alur h...