QUENZA|35

884 44 10
                                    

HAI,.. HAI,...
BAGAIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA BAIK.

SEBELUMNYA AKU MAU NGUCAPIN BANYAK TERIMAKASIH UNTUK PARA PEMBACA SETIA QUENZA. THANK YOU GUYS..
TOLONG UNTUK DIMAKLUMI JIKA TULISAN ATAU EJAANNYA BELUM BENAR, JIKALAU ADA TOLONG DIINGATKAN.

JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT, DLL. MOHON DIMAAFKAN.

OKE, LANJUT,...

---✧---✧---

Derap langkah cepat mengalihkan perhatian kedua sepasang pasutri yang bersantai di depan televisi. ralat, kedua pasutri itu sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Televisi yang menyala, menayangkan sinetron favorit Siska dan laptop Apple di pangkuan Kevin.

Manik mata keduanya menoleh, menangkap laki-laki berperawakan tinggi berjalan begitu saja kearah anak tangga tanpa melihat keberadaan kedua orangtuanya atau sekedar mengucapkan salam. Tak lama, di ambang pintu Terlihat Quenza yang melangkah pelan dengan ekspresi wajah penuh tanya.

"Za,"

Langkahnya terhenti saat namanya  terpanggil. Wanita parubaya dengan raut wajah cemas itu berjalan mendekat kearahnya.

"Assalamualaikum, Ma." salamnya sembari menarik tangan Siska lalu mengecup punggung tangannya.

"Devan kenapa? Kalian bertengkar?" tanya Siska lantas di gelengi oleh Quenza sebab ia sendiri tidak tau apa alasan laki-laki itu diam.

"Enggak kok Ma, mungkin Devan capek."

"Yaudah Quenza ke atas dulu," ujar Quenza tersenyum tipis.

Belum saja melangkah, pupil matanya mendapati cowok pemilik mata hazel itu kembali, menuruni anak tangga dengan cara berpakaian yang beda dari tadi. Celana jeans, kaos oblong hitam dan tak lupa jaket kebesaran Alaster.

"Kamu mau kemana?" tanyanya menghentikan langkah Devan tepat berseberangan dengannya.

"Nongkrong," balasnya dingin.

Secepat itu, lantas bagaimana dengan keinginannya yang tidak Devan kabulkan.

"Tadi kamu pengen banget ketemu sahabat kamu kan, tuh orangnya udah aku suruh kesini," lanjutnya melihat sekilas gadis yang berdiri di ambang pintu.

Penglihatan Quenza lantas mengikuti arah tuju mata Devan, dan benar saja di ambang sana berdiri seseorang yang sangat ingin ia temui, Sisil sahabatnya. Senyuman Quenza mengembang, tadinya ia berprasangka bahwa Devan sudah tidak peduli dengannya namun apa ini, tanpa mengucapkan sepatah kata ternyata cowok itu mengabulkan permintaannya.

"Makasih!" Quenza berlari kecil lalu memeluk Devan dari samping.

"Hm, Aku pergi dulu," Devan tersenyum tipis sembari mengecup singkat kening Quenza. Kemudian, melangkah pergi.

"Thank you and sorry,." kata Sisil membuat langkah Devan terhenti sesaat, namun cowok itu tak acuh dan melangkah pergi.

"Sisil!!" Pekik Quenza merentangkan tangan seperti anak kecil.

Sisil tersenyum bahagia, hanya kepada Quenza dan Jesica, ia bisa bahagia. Terlebih beberapa hari ini ia sangat terpuruk dan membutuhkan dukungan dari kedua sahabatnya namun dari keduanya tidak ada yang memberinya semangat. Jesica yang sedang di luar negeri dan Quenza,. Heh..Devan membencinya mana mungkin cowok itu mengizinkannya untuk menemui Quenza.

QUENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang