QUENZA|4

4.2K 317 17
                                    


Happy reading......

.
.
.
.
.

---✧---✧---

Flashback...

Mimik matanya menangkap seorang lelaki berkacamata dengan seragam rapi. Ia berpikir untuk menyuruh seseorang agar membuat rencananya berhasil tidak seperti biasanya yang gagal, terbuang sia-sia.

"Lo .. sini," ujar Rian duduk di atas motor kesayangannya.

"Saya kak.." ucap murid ketakutan.

"Siapa lagi, ya lo lah bego! Cepet sini." ucap Rian geram.

Lelaki itu mendekat dengan badan yang gemetar dari ujung kepala sampai kaki, kemudian Rian membisikkan rencana busuknya terhadap Devan disusul senyum smirk. Lelaki tersebut sempat menolak tetapi ia diancam oleh Rian, jika ia tidak menjalankan apa yang Rian perintahkan dengan baik maka keselamatan keluarganya terancam.

"Lo, tolong masukin ini ke minuman Devan." lirihnya berbisik kepada lelaki tersebut.

"Tapi kak, saya nggak berani." balas murid itu ketakutan

Rian turun dari motornya berjalan mendekati lelaki yang ketakutan itu. Ia berjalan seakan santai dan sabar dengan senyuman di bibirnya, namun siapa sangka ia mencengkram kuat dagu lelaki tersebut. Membuatnya meringis kesakitan.

"Lo turutin perintah gue atau nyawa keluarga lo jadi taruhan?" tanyanya menyeringai.

Lelaki bermata bulat itu menggelengkan kepala."Jangan kak, saya akan turutin kemauan kakak." ujarnya.

Rian menyeringai tipis. "Bagus, Lo boleh pergi." katanya dengan suara berat.

"Lo ... licik yan." ucap teman Rian yang tak lain adalah Zio yang duduk di atas motor samping Rian.

---✧---✧---

Warung mang Udin, warung kecil di samping sekolah tempat biasa anak Alaster nongkrong. Biasanya mereka di sana membahas rencana balapan atau nggak ngobrol-ngobrol ala anak muda.

"Ini pesanannya."

"Makasih mang ." sahut Fian.

Setelah pesanannya tiba mereka langsung menyantap makanan tersebut, namun anehnya ada yang salah dari makanan salah satu dari mereka. Ia merasa sekujur tubuh panas. Keringat bercucuran dan wajah yang memerah.

"Devan." panggil Fian.

"Lo kenapa?" sambung Fian.

"Gue ... gue ke kamar mandi sebentar." jawab Devan menahan sakit sembari meninggalkan ketiga temannya.

"Aneh lo." Fian keheranan.

---✧---✧---

Diam-diam ada yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Orang itu menyeringai tipis dengan tangan yang dimasukkan di saku celana. Siapa lagi kalo bukan Rian orang yang membenci Devan.

Rian tersenyum miring. "Bagus ... lo masuk perangkap gue." gumamnya.

"Lo." ucap Rian memanggil temannya.

"Hmm."

"Lo cari adik kelas, suruh ke gedung tua yang ada di belakang sekolah." jelas Rian

"Tapi siapa?" tanya temannya.

"Terserah lo."

"Dan lo kunci Devan ke gedung tua itu." Rian memanggil teman satunya.

"Ya." ucap malas teman Rian.

QUENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang