Happy reading
.
.
.
.---✧---✧---
Siang tadi, kediaman Leonard kedatangan tamu spesial yaitu nenek dan kakeknya Devan yang lama tidak berkunjung. Wanita parubaya berambut putih sedari tadi memancarkan wajah yang sangat bahagia. Bagaimana tidak, ternyata cucu kesayangannya yang selalu di manja olehnya sejak kecil itu sudah menikah dan sebentar lagi akan memiliki anak. Betapa bahagia dia yang sebentar lagi akan menjadi nenek buyut. Walau belum mengetahui kalau cucunya itu menghamili anak orang.
"Kamu gimana sih! Cucu kesayangan mamah nikah masa nggak ada satupun yang beritahu mamah, paling tidak sms atau telpon jika kamu sibuk nggak bisa ke Surabaya." dumel Dewi - Oma Devan. Memarahi Siska, anaknya. Oma Devan memang jika berkunjung atau jika keluarga Devan berkunjung ke Surabaya, selalu mengomeli anaknya yang bahkan tidak tahu salahnya di mana. Siska sendiri bahkan berulang kali menduga kalo dirinya bukan anak Dewi yang selalu mengomel.
Siska memutar bola mata lantas menutup telinganya yang serasa panas. "Waktu itu dadakan mah, jadi nggak sempat." ujarnya.
"Heleh, alasan." Dewi memalingkan wajah. Wanita parubaya itu tersenyum ke arah Quenza yang tampak kebingungan.
"Sudah berapa bulan?" tanyanya melihat kearah perut Quenza yang tampak sedikit buncit. Wanita itu lantas mengelusnya dengan lembut membuat Quenza merasa nyaman.
"Dua bulan oma." jawabnya.
Dewi tampak membelalakkan mata dengan sempurna dengan mulut yang terbuka lebar. "Apa! Dua bulan!? Sudah dua bulan tapi kamu nggak beritahu mamah!?" pekiknya menatap tajam kearah Siska. Wanita itu tampak santai melihat mata ibunya yang melotot lebar.
"Siska lupa mah, terlebih Quenza baru tinggal di sini sejak sebulan terakhir." jelas Siska. Lagi-lagi membuat Dewi tersentak melihat kearahnya. Kok bisa baru sebulan padahal kandungan sudah menginjak bulan ke 2, atau Jangan-jangan ada apa-apanya.
"Sebulan? Kok bisa? Tadi katanya baby nya sudah berusia 2 bulan ... ini gimana sih, mamah bingung jadinya." ujar Dewi yang di landa kebingungan. Wanita parubaya itu memijat ujung pelipisnya.
Siska menghela nafas pelan. "Devan hamilin Quenza, jadi ya gini." balasnya melirik ke arah Quenza.
Lagi dan lagi wanita parubaya berhasil di buat terkejut, mendengar banyak fakta tentang Devan, cucu kesayangannya. Dewi lantas membulat sempurna dengan merasakan kepalanya yang berdenyut pelan. Ia lantas melemas seketika lalu melihat ke arah Quenza yang tampak tersenyum manis.
"Apa!! Bagaimana bisa!!"
"Nanti Siska ceritain. Oh ya, papah mana mah? Kok mamah tadi datang sendiri?" ujar Siska mengganti topik pembicaraan karena tahu jika ibunya pasti akan mengupas tuntas tentang kehamilan Quenza.
"Papah? Tadi di depan sama Kevin." balasnya.
"Kevin?"
"Loh, papah udah pulang za?" ujar Siska bertanya kepada menantunya.
Quenza menggelengkan kepala karena memang dari tadi dirinya tidak melihat kedatangan ayah mertuanya itu."Belum, Quenza dari tadi duduk di sini tapi nggak lihat papah masuk." katanya.
"Pasti mereka masih di luar, udah biarin aja." sahut Dewi menyeruput secangkir teh hijau hangat.
---✧---✧---
KAMU SEDANG MEMBACA
QUENZA
Teen Fiction[SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW DULU, TERIMAKASIH] Quenza Putri Alexandra, siswi berambut panjang tergerai, berhidung mancung. Memiliki hobi membaca novel dengan genre yang berbeda-beda, terlebih cerita sedih. Namun, ia tak menyangka jika alur h...