QUENZA|19

1.5K 117 7
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.

Di dalam kelas 11 MIPA 1, Sisil yang hari ini datang lebih awal. Ntah apa yang terjadi padanya padahal ia selalu saja datang telat. Sepertinya ada hal yang ingin sekali ia dengar dari mulut seseorang.

"𝑴𝒂𝒔𝒂𝒌 𝒊𝒚𝒂...𝑫𝒊𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒈𝒖𝒆," Batin Sisil yang meletakkan kepalanya di atas bangku sembari menutup mata.

"Woy...Tumben lo dah sampai?" Ujar vio menggebrak meja.

Vio, si ketos dan juga ketua kelas yang terkenal irit bicara dan berwajah datar serta tegas.

"Serah gue."

Sisil kembali meletakkan kepalanya. Namun setelah itu ia tersentak bangun kala mengingat pr kimia yang belum ia kerjakan. Mata pelajaran kimia yang terkenal dengan guru killer yang bernama pak Joko.

"Yo, Nyontek kimia dong." Ujar Sisil sembari menepuk pundak Vio yang berada di bangku depannya.

"Nggak!"

Sisil berdiri lalu duduk bangku sebelah Vio sembari menampilkan puppy eyes nya.

"Ayolah yo...Nanti gue taktir, lo minta apapun bakal gue penuhi." Tawaran Sisil. Vio tersenyum miring mendengar apa yang Sisil tawarkan.

Vio mengambil buku tulis bermapel kimia ditas lalu meletakkannya di atas meja.

"Lo, beneran turutin apa yang gue mau?" Tanya Vio mengerutkan dahi.

"Hm, gue janji!" Tegas Sisil menarik buku Vio dan membawanya ke tempat bangkunya berada.

Vio menggeleng kepala sembari berdiri  dari duduknya melihat jam yang melingkar dipergelangan tangan yang menunjukkan pukul setengah tujuh, kemudian melangkah keluar.

Vio adalah ketos yang terkenal dingin dan tegas jika ada yang melanggar peraturan sekolah, maka ia akan menghukum berlari mengitari sekolahan 10 kali. Dan jika kalian tahu bahwa Sma Harapan Bangsa terkenal dengan sekolahan yang luas hingga mencapai 5 hektar.

Hingga belasan anak motor memasuki halaman sekolah yang tak lain adalah Alaster. Vio berdiri di tengah jalan dengan wajah datarnya melihat penampilan mereka tang acak-acakan membuat orang yang paling depan menghentikan motornya dengan ngerem dadak lalu menstandarkan motornya sembari membuka helm.

Devan mengangkat alisnya."Kenapa?"

"Kalian semua lari 15 kali! Jangan sampai saya tahu kalian melarikan diri!" Tegas Vio dingin melihat sekilas Devan.

Mereka menelan ludah bergidik ngeri mendengar perkataan Vio sembari berlari terbirit-birit mengitari sekolahan. Tersisa 4 orang yang tetap diam pada tempatnya.

"Kenapa masih diam disini!?" Pekik Vio.

"Males...Lagian kita juga nggak buat salah?" Ujar Daniel dengan percaya diri. Apakah mereka lupa jika dirinya sudah melanggar peraturan sekolah, berangkat telat dengan seragam yang acak-acakan.

Vio berdecak kesal. "Terserah lo!"

"Yuk." Ajak Devan berlari terlebih dahulu.

"Bye...ketos baperan!" Ejek Fian tersenyum miring sembari menyusul teman-temannya.

💮💮💮💮💮

Sisil melihat kearah jendela mendapati gerombolan seseorang yang tengah dihukum berlari mengitari sekolah.

"Jes, itu bukannya kak Devan." Ucap Sisil menyipitkan mata melihat kearah belakang Devan.

"Iya, itu kak Devan." Jawab Jesica mengeluarkan ponselnya, kemudian menekan tombol panggilan seseorang.

QUENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang