Thirty Six

3.9K 322 2
                                    

Haiii!!

Maafkan akuu yang sungguh lelet untuk meng-update Summer Elegy. Kadang, ketika aku udah buka Wattpad, aku mau ngetik panjang-lebar, dan seketika mood buyar 🥺

Dan sejujurnya aku pengeeeen banget menyelesaikan naskah ini cepat, agar aku bisa memulai naskah baru lagi. Something is not doing well, if I do more than 3 stories at the same time. Hehehe.

Anyway, thank you for patiently waiting, and happy reading all.

xoxo,
A.P.

-----

Mercy

Jadi begini toh, bentuk dan wujud apartemen suamiku. Saat masuk apartemennya, aku disuguhi pemandagan ruang tamu yang simpel dan manis, warnanya dominan putih dan hitam. Di sayap kanan, langsung ada pantry kecil yang berisikan oatmeal, dan buah-buahan. Di balik pantry adalah tempat cuci piring serta rak untuk meletakkan alat makan. Di sisi kiri pantry ada kompor elektrik dan oven tanam.

Sangat-sangat tertata dengan apik untuk bagian ini.

Sedangkan di sayap kiri apartemennya terdapat 3 pintu yang berjejer. Pintu yang di depan adalah kamar Shawn, pintu kedua dengan jelqs bertengger tulisan bsthroom. Sedangkan pintu terakhir itu pasti adalah kamar Andrew.

"Drew," panggilku kepada Andrew. "Tempat ini terawat banget?"

"Karena ada..."

Belum sempat Andrew menjawab, apalagi menjelaskan kepadaku tentang apartemennya ini, seorang perempuan masuk ke dalam apartemen sambil membawa sekantong penuh belanjaan.

"You're home, Drew?" Sapa perempuan yang sama, seperti yang pernah kulihat tempo hari di Skype. "Oh my God! Ternyata istrimu betul-betul datang!" Perempuan itu langsung meletakkan belanjaannya di atas pantry. "Aku Tiana."

Tiana ramah. Sangat ramah, sebenarnya. Aku sendiri jadi berubah pikiran kalau dia memang genit. Ah, aku pikir apa sih? Jelas-jelas dia beneran genit!

"Loh, kau sudah sampai?" Sahut Shawn yang baru keluar dari toilet. "Aku kira kau baru datang nanti malam. Hari aku yang memasak bukan?"

Tiana mengangguk. "Tapu aku bawakan bahan-bahan makanan untuk persediaan saja. Aku tahu kau dan Andrew sangay malas untuk belanja." Tiana tersenyum riang, lalu melirik kembali kepadaku. "Aku yakin kau pasti mengira Andrew genit ya?"

Aku tidak menjawabnya.

"Ah, tipikal perempuan Asia memang! Untunglah Shawn memutuskan untuk tidak memiliki kekasih orang Timur lagi. Dia bilang, mereka terlalu rewel."

Aku masih merasa asing dengan penjelasan.

"Don't offend her more, Tiana," pinta Shawn seraya keluar dari kamar mandi, hanya dengan memakai handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya. "Tiana. Dia kekasihku, dan tidak perlu berpikir aneh-aneh dengannya. Mau kopi atau teh, Mer?"

Oh baiklah, katanya Shawn aku tidak perlu berpikiran yang aneh-aneh. Tapi, coba katakan padaku bagaimana aku bisa tenang kalau perempuan se-ramah itu sering-sering berada di satu apartemen yang sama dengan suamiku?!

Apakah mungkin dia hanya sekedar tidur di kamarnya Shawn?!

"Teh saja," jawab Andrew, setelah Shawn dan Tiana tak kunjung mendapatkan jawaban dari aku.

Shawn masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Tiana segera menyeduh teh dengan air mendidih yang dari kompor elektrik. Setelah meletakkannya di coffee table ruang tamu, Tiana bergegas menyusul Shawn ke  dalam kamarnya. Tinggalah aku dengan Andrew saja di ruang tamu apartemen yang cukup luas ini.

Summer ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang