Thirteen

4.1K 508 14
                                    

Andrew

"Era," sapaku pada perempuan modis nan cantik yang ada di hadapanku.

"Drew!!!" dia menyambutku dengan pelukan hangatnya sekaligus mencipika-cipiki kedua pipiku. "Ah, ada Willy juga. Hai Will, gimana baby sitting Amelnya?"

"Mulai terbiasa." Willy mengusahakan agar dirinya bisa tersenyum, meski dalam hatinya sendiri aku yakin sudah mengutukku habis-habisan hari ini. "Seenggaknya udah nggak serewel dulu. Mendinganlah dari yang terakhir kalinya."

Terakhir kali Willy kuminta untuk menjadi baby sitternya Amel adalah saat Amel masih berusia tiga tahun, sebelum aku pergi ke Stanford, untuk melanjutkan kuliah S2-ku di sana. Amel dan Willy memang tidak cocok, karena Willy merasa aku manfaatkan namun lama kelamaan dia terbiasa juga.

Bahkan saat tadi pagi Willy tahu aku membawa Amel, dia sempat protes, tapi akhirnya menerima juga nasibnya hari ini.

"Tante Lala!!"' seru Amel. Ah, karena dia masih cadel, dia memanggil Era dengan sebutan khusus, 'Lala.' Dulu, waktu Era masih kecil juga dia memanggil dirinya sendiri Lala.

Amel pun berhambur dalam gendongan Era setelah Era membuka tangannya selebar-lebarnya untuk Amel.

"Amel hali ini seneng banget Tante..."

"Seneng? Habis ngapain emangnya?"

"Tadi pagi Papa ajak Amel ke tempat kelja Papa, telus Amel dibeliin gulali... Tapi gulalinya dijatohin sama Tante yang jahat itu..." Amel menunjuk pada sosok Mercy yang berada disebelah kananku.

Aku mengembuskan napas panjang-panjang, saat melihat Mercy hampir meluncurkan sumpah serapahnya. "Mer, tahan ya. Amel masih kecil. Tolong ya?" bisikku pelan.

"Kenapa Tantenya jahat?" Tanya Era sabar.

"Tante itu jatohin gulalinya Amel, telus senyumnya selem! Amel jadi takut Tante Lala!" serunya.

"Sama Om Willy lebih serem mana?"

"Tante itu!!"

Willy yang disebelah kiriku langsung menghampiri Mercy, "Tenang ya Mbaknya. Begitu bocah itu tahu kalo situ cantiknya ngalahin dewi Yunani juga nggak bakal dihina-hina lagi kok Mbaknya."

Amel pun diajak oleh Era ke ruangannya agar dia tidak mengganggu aktivitas yang akan dilakukan pada Mercy. Sementara Mercy, Willy dan aku menunggu, kami disuguhi mochi coklat dan teh hijau oleh salah satu pegawai Era.

"Ini tempat apa sih sebenernya?" Tanya Mercy sekali lagi karena saking penasarannya.

"Tempat yang tepat untuk make over," jelas suara nyaring Era yang sudah keluar dari ruangannya.

"Make over?" ulang Mercy tak percaya. "Gue nggak ngerti."

"Kira-kira berapa lama buat ugly duckling ini berubah jadi swan?" Tanyaku.

"Tenang aja, kalian duduk dulu di sini," kata Era. "Dan... Hm.."

"Mercy."

"Ah, Mercy," lanjut Era, "Gue Era, dan gue yang akan langsung mengubah penampilan lo. Tentunya, biar lo bisa membalas dendam ke cowok brengsek. He already screwed you into this kind of mess, so you can make him feel sorry to make you like this."

---

Mercy

Ketika dia mengatakan akan mengubah penampilanku, aku merasa tidak ada yang perlu diubah dari penampilanku. Bagaimanapun juga, aku tidak akan pernah menjadi angsa yang cantik meski banyak orang mengatakan aku mewarisi gen sempurna dari Oma dan Opa.

Summer ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang