Twenty Five

4K 482 12
                                    

Andrew

"Asas hukum yang melekat pada kontrak manaupun hanya ada tiga, yaitu kebebasan berkontrak, konsensualisme dan pacta sunt servanda. Kalian bisa cek di dalam kontrak manapun, setidaknya akan selalu ada tiga asas ini yang melekat..."

Aku menjelaskan teori hukum kontrak pagi ini di kelas. Tentunya bukan materi yang sulit, dari pada kelas filsafat yang terpaksa aku harus ajarkan semester ini karena salah satu dosen pengampu biasanya mengambil cuti panjangnya. Sedangkan aku? Ayolah, sebagai dosen kontrak aku masih banyak sekali kekurangannya. Sejujurnya, kalau bukan karena Mercy, mungkin aku tidak akan bertahan dengan seluruh tagihan apartemenku.

Sejak menikah, ada hal-hal baru yang baru ku ketahui tentang Mercy.

Pertama, fakta bahwa dia tidak bisa tidur sendirian dengan lampu gelap. Pernah pada suatu hari, aku sedang mengurus eksepsi untuk sidang yang tenggat waktunya tinggal dua hari lagi. Otomatis, aku harus lembur di kantor, dan hari itu Mercy tidak mendapatkan jadwal jaga malamnya. Aku memang mengabarinya kalau aku akan pulang telat, tapi ternyata lampu kamar kami yang sudah kedap-kedip beberapa hari terakhir-saat aku sedang tidak ada itu-akhirnya mati total. Mercy pun mengambil bantal dari dalam kamar dan tidur di ruang TV.

Kedua, kenyataan kalau Mercy tidak akan tidur sendirian tanpa suara. Saat aku pulang tengah malam itu, TV menyala dengan suara yang cukup keras namun aku bisa melihat Mercy tidur dengan tenang.

Ketiga... Mungkin ini sedikit konyol, tapi Mercy sering sekali mengigau saat tidur dan ketika aku mengusap puncak kepalanya dia akan berhenti.

Semakin aku mengenalnya dalam pernikahanku yang baru satu bulan saja, semakin aku tersadar. Aku tidak mengenal Mercy.

Kesimpulan ini membuatku sadar karena aku selama ini terbiasa hidup sendiri tanpa adanya orang lain di apartemenku. Aku terbiasa belanja bahan makananku di kulkas sendirian. Aku terbiasa mencuci pakaianku sendiri dengan mesin cuci di hari Sabtu. Tapi semuanya berubah setelah aku menikah.

Aku seharusnya tinggal bersamanya di rumah neneknya. Namun karena Mercy bersikeras ingin mandiri dia akhirnya diperbolehkan untuk tinggal di apartemenku. Hanya saja, Mercy yang terbiasa menghabiskan waktunya selama empat hari lebih di rumah sakit, Mercy jadi jarang pulang ke apartemenku. Walaupun, aku harus katakan apartemenku dengan rumah sakit memang tidak terlalu jauh.

"Pak, bagaimana dengan kontrak baku?" Tanya salah satu mahasiswa di kelasku. "Dalam perjanjian baku, hanya ada satu pihak saja yang menyusun kontraknya, itu menjadikan salah satu pihak diuntungkan karenanya."

"Dalam perjanjian baku, kalian harus ingat prinsip take it or leave it. Kalian tidak setuju dengan perjanjian yang ada, berarti perjanjian itu tidak akan terjadi. Semudah itu." Aku berjalan ke arah mejaku, dan membenahi beberapa buku. "Sebagai tugas tambahan buat kalian, saya ingin kalian menganalisis syarat dan ketentuan di dalam platform yang menyediakan jasa. Apakah syarat dan ketentuan yang diklaim sebagai kontrak baku itu sah berdasarkan syarat sahnya kontrak di Indonesia?" Mereka semua segera menulis tugas yang kuperintahkan. "Dan cukup sekian kelas hari ini. Tugas dikumpulkan via e-mail dengan format yang biasanya."

Aku berjalan keluar kelas sambil melihat ponselku yang sempat menyala beberapa kali saat aku sedang mengajar.

Dhani Dharmawan
Liat kelakuan bini lo nih.
Lo kasih jatah apa nggak sih?
Masa co-ass bedah diomelin sama dia karena nggak bisa bedain laparokopi sama endoskopi?

Andrew Kristoff
Kan beda jauh itu.
Panteslah kalo dia ngomel.

Dhani Dharmawan
Wah dibelain dong bininya. Parah parah...
Kasih jatah dong, kasian doi kayaknya kurang belaian dari lo.

Summer ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang