Twenty

3.8K 464 9
                                    

Andrew

Amel meninggalkanku untuk selamanya.

Lita memang tidak pernah mau jauh-jauh dari orang-orang yang disayanginya. Amel sudah pasti yang paling disayangi olehnya. Dia sudah memberikan Amel kepadaku meski hanya sesaat.

Semua orang mengkhawatirkanku.

Memang, aku hancur saat Anna menyatakan kalau Amel telah tiada. Tapi aku tidak bisa begini terus.

Seharusnya aku memang menahan Lita sampai detik terakhir. Tidak seharusnya Lita meninggalkan Jakarta. Memang seharusnya Lita tidak jauh-jauh dariku.

Seperti saat Lita meninggal, semua orang pun mengatakan padaku kalau ini bukan salahku. Mereka mengatakan memang beginilah jalan yang harus dihadapi. Pada akhirnya setiap manusia akan meninggal juga bukan?

Tapi bagiku, seandainya Lita tidak pernah ke New York, dia pasti masih di sini bersama denganku.

"Bukan salah kamu Drew kalau Lita meninggal. Kamu juga nggak akan bisa menahan dia kalau memang dia mau pergi ke New York dulu," kata Papa selagi memelukku yang masih menangis di hadapan pusara Lita.

"Kalau Andrew tahan Lita waktu itu Pa, Andrew..."

"Bukan saatnya kamu buat menangisi dan menyesali yang sudah terjadi. Kalau pun waktu bisa diulang kembali, Lita juga pasti akan tetap memilih New York. Masuk ke Juilliard memang sudah jadi impiannya, Drew. Kamu sendiri yang bilang akan mendukungnya apapun yang terjadi?"

"Tapi Pa..."

"Bukan hal seperti ini yang kamu harapkan?"

Aku hanya bisa mengepalkan tanganku kuat-kuat. Kenyataan bahwa Lita tidak akan pernah kembali lagi kepadaku membuatku hancur.

"Tidak pernah ada yang mengharapkan hal seperti ini terjadi, Drew," ucap Papa. "Kamu tahu Lita bukan perempuan yang lemah. Dia lembut, tapi tidak lemah."

"Andrew masih nggak terima Pa..."

"Nggak akan yang bisa terima Drew," balas Papa. "Tapi kamu pasti bisa. Amel perlu sosok ayah yang bisa menguatkannya."

Amel sekarang udah nggak ada Pa.

Papa juga udah nggak ada.

Aku harus bagaimana sekarang?

-----

Drrrt... Drrt...

Ponselku berdering saat aku masih tidur di sofa. Suara deringannya terus mengeras setelah beberapa kali hingga menggangguku.

Summer ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang