Nineteen

3.5K 472 13
                                    

Lima bulan kemudian.

Mercy

"Ta, jangan lupa kopi gue!" Seru Heru.

Aku menoleh pada Heru yang hobinya nyuruh-nyuruh residen tahun pertama kalau lagi mau keluar.

"Santai dong Mey. Perbabuan di dunia residen bedah udah jadi hal lumrah kali... Lo emangnya nggak nyadar betapa kita dulu di babuin sama Viktor dan kawan-kawan?!"

Viktor, senior kami. Untungnya dia sekarang di bedah urologi.

Tahun pertama kami dulu memang seperti neraka. Tiap kami baru sampai di rumah sakit, kami diminta untuk beli kopi dulu buat mereka sebelum apel ke ruangannya konsulen. Laporan mereka kami yang kerjakan. Kalo kami ketahuan tidur di ruang istirahat residen pasti langsung digusur, soalnya itu tempat mereka.

Yang dilakukan Heru ke Tata tadi bukan apa-apa memang.

Dulu, kalau kami nggak mau nurut, alhasil, jangan harap boleh ikut ke kamar operasi. Jangankan pegang scalpel atau metzen. Kita mau pake baju bedah aja mana boleh?

"Misi, ini kopinya, Dok," kata Tata yang balik ke ruangan.

Aku mengembuskan napas berat.

"Ngomong boleh ngomong nih, lo jadi married sama Andrew?"

Haduh.

Ini orang ngapain pake acara bahas aku jadi nikah apa nggak pula.

"Loh? Dokter Mercy mau nikah?" Tanya Tata polos.

"Rencananya dan seharusnya, Ta," balas Heru. "Apa daya, dua minggu lalu ada musibah ya. Makanya jadi kehambat deh. Padahal udah siap semua ya Mey?"

Aku heran, kenapa aku bisa kenal sama cowok modelan Heru ini sih?!

"Ta, ambil rekam medis pasien di ruang perawat. Lima menit lagi kita ke ruangan Dokter Dhani," kataku pada Tata supaya Tata nggak lebih kepo lagi.

Tanpa banyak basa-basi, Tata pun menurut dan keluar dari ruang istirahat residen. Meninggalkanku dengan manusia somplak kurang ajar ini.

"Her, hidup gua dalam lima bulan terakhir udah kayak roller coaster. Dan gue rasa udah cukup buat gue," keluhku, "Gue nggak perlu ke psikiater aja udah Puji Tuhan haleluya!"

"Tapi lo minum obat tidur?"

Aku terdiam.

Selama aku hidup, tidak pernah ada sejarahnya bagi Marceline Irena Effendi-Han susah tidur sampai-sampai harus minum obat tidur.

"Lo, adalah orang yang paling cepet tidur Mey. Liat bantal dikit langsung merem, liat kursi dikit langsung tenggelem, liat sofa dikit udah goleran.  Dalam lima bulan terakhir, lo udah melalui terlalu banyak beban hidup."

Beban hidup katanya.

Hebatnya aku nggak tumbang.

Perlu aku ceritakan apa yang terjadi?

Aku nggak mau sebenernya. Lima bulan terakhir udah jadi sejarah terkelam bagiku. Sungguh. Aku nggak kuat lagi.

-----

Seperti yang kalian tahulah. Aku sudah ikut bimbingan pranikah seperti yang Oma minta di gereja. Makanya tiap hari Jumat, aku ke gereja mulai jam tujuh sampai jam sembilan malam bareng Andrew.

Itu kulakukan sebanyak sekali seminggu selama delapan kali.

Setelah bimbingan pranikah itu selesai, aku dan Andrew pun mulai mempersiapkan baju pengantin, venue, sampai katering yang akan kita gunakan. Aku menemukan baju pengantin yang akan kupakai di kali keempat aku ke bridal.

Summer ElegyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang