Matthias melangkah keluar dari mobil Roll Royce-nya ketika pelayan datang membuka pintu penumpang untuknya.
"Letakkan barang-barang di bagasi ke dalam ruang kerjaku." Matthias berkata pada pelayan yang menutup pintu mobil di belakangnya, lalu menapaki anak tangga menuju beranda mansion."Baik, my lord."
Whitley muncul menyongsongnya, ia menerima mantel panjang yang ditanggalkan oleh Matthias, kemudian berjalan mengiringi pria itu melintasi ruang depan.
"Apa ibuku sudah kembali?""Sudah, my lord. Beliau dan nona Emily telah kembali dari kota sore tadi."
Lalu Whitley menambahkan.
"Sebenarnya, saat ini her ladyship sedang menunggu anda di perpustakaan."Matthias berhenti melangkah. "Menungguku ... " ia berguman.
Lady Clarice tak pernah meminta bertemu dengan Matthias kecuali ada hal yang mendesak.
Mengingat kunjungan ibunya bersama Emily ke kota hari ini, pikir Matthias, ia berharap Emily tidak menyebabkan masalah.Dirinya sudah cukup terkuras setelah menangani urusan di perusahaan akibat kepergiannya selama berhari-hari ke New York.
Ia tidak membutuhkan pekerjaan tambahan.
Ibunya menempati salah satu sofa yang ada di dekat perapian.
Wanita itu menatap lukisan Rembrandt yang tergantung di dinding di seberang ruangan.
Namun wajah cantiknya terlihat tegang.Lady Clarice menyadari gerakan Matthias memasuki ruangan dari sudut matanya dan menoleh.
Ekspresi tegang di wajahnya langsung lenyap tak berbekas.Ia tersenyum lebar pada Matthias lalu beranjak sembari mengulurkan sebelah tangan kepada Matthias.
"Putraku."Matthias menggenggam tangan ibunya lalu menuntun wanita itu duduk kembali sedangkan ia mengambil tempat di seberangnya.
"Bagaimana kabarmu, ibu? Kudengar kau baru saja pergi ke kota."
"Sangat baik, kami menikmati jalan-jalannya!" ibunya berkata ceria.
"Oh dan adikmu—maksudku Emily," ralatnya cepat-cepat.
"Dia gadis yang bersemangat, awalnya pura-pura patuh mengikuti proses memilih bahan dan mengukur gaun, meskipun dia jelas-jelas terlihat sangat bosan.""Lalu dia memutuskan untuk menceritakan kisah masa kecilnya dan membuat semua orang di butik tertawa dengan—"
"Apa?" sela Matthias.
"Seberapa banyak yang dia ceritakan? Apa saja yang dia ceritakan?"
Lady Clarice mengibas-ngibaskan telapak tangannya di depan wajah. "Tidak, tidak, itu cuma beberapa cerita konyol tentang anak-anak sekelasnya. Bukan hal yang berbahaya, kau tak perlu khawatir."
Ibunya mencondongkan tubuh ke arah Matthias dan berbisik. "Emily berkata padaku, ia tidak ingin ada yang menduga-duga tentang alasan selama ini dia hidup jauh dari kita."
"Emily tak mau orang-orang berprasangka buruk terhadap keluarga kita.""Aku sampai merinding mendengarnya. Emily Hawthorne benar-benar korban yang bersedia bukan?"
"Ibu." Matthias berkata tajam.
"Jangan pernah gunakan nama itu di sini!"
"Emily salah satu dari kita, sekarang dia seorang Lurie."Mata ibunya melebar tertegun. "Oh, tentu saja, anakku. Aku benar-benar minta maaf." wanita itu mengangkat bahu menyesalinya.
"Ini pasti karena hawa musim gugur, selalu saja membuatku berbicara melantur ..."Matthias menghela napas seraya menyandarkan punggung ke sofa. "Ada yang ingin ibu bicarakan selain kunjungan kalian ke kota?"
"Apa kau sudah mengunjungi sang Duke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Beast : "Dark Fortress"
RomantikSuatu pagi Baron Dimitri Lurie yang tengah diselidiki karena keterlibatannya atas bencana ledakan tambang yang meluluh lantakkan seluruh desa, ditemukan tewas bunuh diri di kamar tidurnya. Kematiannya membuat anak laki-lakinya, Matthias, menyimpan d...