Episode 21 : Fokus

158 54 3
                                    

"Aku mengenal Matthias lebih lama dari yang bisa kuingat, tapi aku tak pernah dengar dia punya adik perempuan."
Christopher mengayunkan tubuh Emily mengikuti tempo musik lalu menarik gadis itu kembali ke dalam kungkungan lengannya.

"Di mana dia menyembunyikanmu selama ini?"

'Jika dia berniat mengorek informasi, ia tak bisa lebih kentara lagi.' pikir Emily.

Matthias telah memperingatkannya tentang orang-orang yang perlu diwaspadai malam ini.
Christopher Bennett adalah salah satunya.

Emily tidak meragukannya. Keempat klan itu, terutama Hawthorne adalah pihak yang bertanggung jawab atas terpisahnya dia dengan keluarganya.

'Tapi kini salah satu dari mereka begitu berani muncul di hadapannya dan berlagak menanyakan soal asal-usulnya!'

Emily tertawa ringan."Sejak kecil aku hidup di luar negeri, tuan Bennet, jauh dari keluargaku,"
"Sedangkan mengenai kehadiranku, orang tuaku tentu punya alasan pribadi untuk tidak memperkenalkanku pada siapapun yang mereka anggap tidak penting."

Christopher tersenyum tipis mendengar sindiran halus itu.
"Kau bisa memanggilku Christopher, my lady," ujarnya tenang.
"Dan mengenai pendapat keluargamu, kuharap hal itu tidak memengaruhimu."

"Aku selalu punya penilaian sendiri," sahut Emily.
"Tapi pendapat mereka berarti bagiku," imbuhnya.

Christopher menghentikan dansa ketika musiknya selesai.
Ia menggenggam tangan Emily. "Satu putaran lagi?"

"Itu akan menjadi skandal," tolaknya halus.

Christopher menyeringai."Baiklah," ujarnya lalu melepaskan genggamannya.

"My lady, maukah anda makan malam bersamaku? Kita bisa lebih saling mengenal dan..." pria itu mengedikkan bahu. " mungkin punya pendapat positif terhadap masing-masing?"

'Undangan yang diprediksi, seolah aku menantikannya selama dansa yang membosankan ini!' pikir Emily jengkel.

'Tapi, aku ingin tahu apa rencana dia sebenarnya.'

Emily mengembangkan senyum menawan sebelum menjawab lelaki itu.

"Tentu, Christopher."

***

Waktu menunjukkan pukul satu dini hari ketika tamu terakhir meninggalkan mansion Lurie.
Emily naik ke tangga melingkar bersama Matthias karena Lady Clarice masih tinggal di aula untuk memberi instruksi kepada para pelayan.

"Suka pestanya?"
Matthias meletakkan tangan Emily di atas lengannya.
Gadis itu telah melepaskan sarung tangannya dan menyisipkannya di saku gaun.

"Sangat. Melelahkan, tapi keren."
Emily mendongak lalu tersenyum cerah. "Terima kasih, Matthias, untuk semuanya!"

Pria itu menatap Emily dengan cara yang aneh sebelum memalingkan wajahnya. "Itu hanya pesta kecil," tepisnya.

"Tidak. Itu luar biasa. Ini," Emily menunduk menatap dirinya sendiri, "Aku merasa luar biasa, dan cara mereka menatapku ... " gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Ini pertama kalinya aku dipandang dengan penuh hormat oleh orang-orang."

"Itu karena kau berhasil memukau mereka," tukas Matthias.
"Katakan padaku, apa yang kau bicarakan dengan Christopher saat kalian berdansa tadi?"

Ia telah menahan diri sepanjang malam untuk bertanya pada Emily.
Christopher memang tak bisa dibandingkan dengan Nicholas, tapi lelaki itu tetaplah seorang pengganggu.

Ia hanya ingin memastikan Emily tidak jatuh dalam bualan Christopher sebelum perangkapnya selesai disiapkan.

"Hanya obrolan yang tidak bermakna." Emily mengibaskan tangannya bosan.
"Omong-omong dia mengundangku makan malam. Kujawab ya."

Beauty and The Beast : "Dark Fortress"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang