Segera setelah Trenton siuman mereka menjalankan beberapa tes.
Tim dokter masih tetap berpendapat bahwa ia perlu menjalani kemoterapi, namun ia menolak.
Dia berkata jika memang dirinya akan mati, ia tak sudi menjalani sisa hidupnya dengan penyiksaan semacam itu.Robert sedang bicara dengannya setelah dipindahkan ke ruang ICU, sementara Emily belum bisa menjenguk kakeknya karena hanya diperbolehkan satu pengunjung.
Ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan pikiran yang penuh.
Peristiwa penembakan Matthias kembali terbayang di benaknya.Benarkah semua telah direncanakan?
Jika dipikirkan lagi memang saat itu, ketika Matthias dalam pelukannya tak ada darah yang mengalir.
Jadi apa artinya?
Bagaimana dia bisa membuat panggung di tengah orang-orang seperti itu?! pikir Emily meradang.
Dua orang dokter berjas lab putih keluar dari lift berpapasan dengannya.
Mata Emily melebar saat membaca tag nama salah satu dari mereka.'Bill Shaw'
Sebelumnya ia pernah mendengar perawat menyebutkan namanya.
Dia adalah dokter yang menangani Matthias!Emily langsung berbalik dan berjalan lebih cepat untuk mengikuti mereka.
Bill Shaw tampak terkejut sesaat ketika seorang gadis tiba-tiba muncul dan menghadang langkahnya, namun setelah mengenali wajah Emily ia pun tersenyum canggung.
"Nona Hawthorne?"
"Kau orang yang memeriksa Matthias!" Tuding Emily tanpa basa-basi.
"Kenapa dia perlu diperiksa segala jika semuanya palsu—"
Shaw menyambar pergelangan tangannya sebelum dia sempat menyelesaikan ucapannya,
"Permisi," Shaw berkata kepada koleganya yang tampak bingung lalu segera menarik Emily ke pintu keluar yang mengarah ke rooftop."Apa-apaan ini!"
Emily menyentak lepas tangannya."Tenanglah," Shaw mengangkat kedua tangannya, "aku hanya mencegah kau bicara di depan orang lain tentang hal yang tidak seharusnya dikatakan," dia menengok ke sekeliling rooftop seolah memastikan tak ada yang mendengar percakapan mereka.
"Ini bukan penipuan seperti yang kau duga.""Dorothy sudah menceritakan semuanya," sergah Emily, "Dia bilang insiden itu direncanakan untuk menjebak Anastasia yang berarti semua hanya rekayasa!"
"Lalu kau, dokternya, bukankah seperti membuat diagnosis palsu? Itu sangat salah!"Shaw mengusap tengkuknya dengan lelah.
"Kau benar hanya di bagian perencanaan," tukasnya.
Ia menghampiri bangku besi yang di cor di bawah kanopi dan duduk di sana.
Ia menyuruh Emily duduk di depannya tapi gadis itu bergeming.
"Tapi pistol milik Anastasia asli, begitu juga pelurunya."
"Matthias memang memakai rompi anti peluru namun resikonya besar, karena jika Anastasia mengarahkan tembakan keluar selubung kevlar maka situasinya akan berbalik dan insiden ini akan menjadi sangat buruk."
"Jadi menjawab ucapanmu sebelumnya, tidak.""Matthias tidak memalsukan apapun."
"Tapi dia menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan untuk menjebak Anastasia, itulah yang terjadi."
"Dan aku memberikan laporan forensik bahwa sisa residu peluru serta bekas tembakan memang cocok."
"Tidak ada yang dipalsukan."
"Kau mengerti sekarang, bukan?"Emily menyipitkan mata menatapnya.
"Tapi dia baik-baik saja." ujarnya ragu."Well, ya sebagian besar." Shaw tampak berpikir.
"Tunggu, bukankah Matthias pergi menemuimu di kamar rawatnya?"
"Setelah pemeriksaan dia langsung mencarimu, apa kalian tidak bertemu?"Kedua mata biru Emily melebar.
Potongan demi potongan perlahan muncul di pikirannya, membentuk bayangan utuh.
Emily terkesiap.Jadi itu bukan mimpi?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Beast : "Dark Fortress"
RomansaSuatu pagi Baron Dimitri Lurie yang tengah diselidiki karena keterlibatannya atas bencana ledakan tambang yang meluluh lantakkan seluruh desa, ditemukan tewas bunuh diri di kamar tidurnya. Kematiannya membuat anak laki-lakinya, Matthias, menyimpan d...