Nicholas tahu tak akan mudah meyakinkan Emily, tapi ia harus melakukannya.
Dia tak peduli siapa sebenarnya yang menyebabkan kecelakaan itu, tapi ia harus membuat Emily percaya bila Matthias yang merencanakannya.
Sebab kelangsungan masa depannya tergantung pada hal ini.
"Seperti yang kukatakan," ujarnya, "ada bukti."
Nicholas mencari dalam ponselnya lalu mengangsurkan benda itu pada Emily."Itu adalah rekaman yang diambil dari kamera keamanan jalan tol menuju Interstate 5, dua puluh menit sebelum kecelakaan."
"Tak ada kendaraan melintas di sana.""Kemudian yang ini," ia menggeser gambar di layar ponselnya, "diambil sesaat setelah terjadi tabrakan."
"Kau lihat," tunjuk Nicholas.
"Satu-satunya kendaraan yang melewati jalan itu selain taksi yang kau tumpangi hanya mereka.""Mobil Lurie Corporate milik anak buah Matthias!"
Ekspresi Emily sangat tenang saat ia mengembalikan ponsel kepada Nicholas.
"Ini tidak membuktikan apapun," ujarnya.
"Sebagai orang yang merespon pertama kali dan menelepon ambulans yang membawa kami ke rumah sakit, wajar bila kendaraan anak buah Matthias berada di sekitar saat itu."
"Lagipula Matthias sendiri telah mengakui dia yang menyuruh mereka mengikuti kami, untuk memastikan keselamatanku," sanggah Emily.
"Jadi tuduhanmu tidak berdasar," tegasnya."Bisa saja mereka menelpon ambulans setelah menabrak kalian, atau—"
"Nicholas," potong Emily.
"Aku sudah cukup lelah tanpa harus memikirkan semua asumsimu.""Jadi bila tidak ada lagi yang ingin kau katakan ... kumohon pergilah." Emily menggerakkan tangannya ke arah pintu keluar.
Nicholas mendengus sinis.
"... Matthias benar-benar melakukan pekerjaan hebat dalam mencuci otakmu."
"Sebaiknya kau berhati-hati, princess."
"Matthias tipikal orang yang pandai bicara demi menarik simpati, tapi dia sama sekali tidak lebih baik dari kami!""Bukankah kita semua begitu?" bibir Emily terkait senyum muram.
Nicholas menyumpah serapah dalam hatinya.
Jika dia terpaksa menggunakan cara terakhir, apa boleh buat ..."Setidaknya aku tidak berbohong mengenai asal-usulmu seperti yang dilakukan Matthias," tukasnya.
"Kau perlu menyelidiki apakah dia benar-benar kakakmu, karena sesungguhnya—"
"Cukup!"
Emily kehilangan kesabarannya.
"Aku tak ingin mendengar omong kosong ini lagi!"Ia berjalan membuka pintu ruangan lebar-lebar.
"Pergilah, sekarang. Atau kupanggilkan keamanan."( ... )
Nicholas melangkah pergi dengan wajah merah padam.
" ... gadis bodoh." dia berkata di dekat wajah Emily.
"Kau membiarkan dirimu dipermainkan oleh Matthias, sementara dia menghancurkan keluarga aslimu!""Selamat tinggal," tegas Emily.
Nicholas membanting pintu di belakangnya.
Ia menghempaskan diri ke sudut sofa setelah ditinggal sendirian.
Situasinya memburuk dengan cepat.
Nicholas kemari dan membujuknya kemungkinan atas perintah Hawthorne, pikirnya.Bahkan Nicholas tahu ia bukan adik kandung Matthias.
'Sandiwara ini seperti lelucon kejam.'Emily menghela napas dalam-dalam.
Matthias akan selalu diliputi dendam.
Pria itu telah menjadikan kehancuran keempat klan sebagai tujuan hidupnya, dan Emily tak memungkiri ia sempat merasa curiga Matthias terlibat dalam insiden kecelakaan yang menimpanya.
Apalagi pikirannya masih kesulitan mengingat detil peristiwa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Beast : "Dark Fortress"
RomanceSuatu pagi Baron Dimitri Lurie yang tengah diselidiki karena keterlibatannya atas bencana ledakan tambang yang meluluh lantakkan seluruh desa, ditemukan tewas bunuh diri di kamar tidurnya. Kematiannya membuat anak laki-lakinya, Matthias, menyimpan d...