Episode 27: Takdir

164 54 2
                                    

"Kau kelihatan pucat."

Lady Clarice mengamati Emily yang berjalan menuruni anak tangga.

"Benarkah?"

Akhir-akhir ini Emily mencurahkan nyaris seluruh waktunya untuk mencari informasi tentang Robert Hawthorne.

Berbekal database klien Lurie Finance, Emily mengumpulkan identitas setiap peneliti yang pernah terhubung dengan Robert sebelum dan pada saat pria itu bekerja di Hawthorne Constructions.

Di kalangan peneliti Robert dikenal sebagai ilmuwan berdedikasi yang kerap menyumbangkan ide brilian dalam forum perkumpulan peneliti, namun tak satupun dari mereka pernah mendengar Robert menyinggung tentang MidlandCare.

Kurang tidur selama berhari-hari membuat kepala Emily berdenyut-denyut.
Namun ia tak bisa berhenti, tidak sekarang ketika tiba-tiba saja muncul petunjuk baru.

Semalam saat melihat-lihat situs koran The New York Post, secara kebetulan Emily menemukan sebuah artikel lama yang menarik perhatiannya.
Pada perayaan 4 Juli tahun 2000 di Manhattan wartawan lokal meliput berita tentang karnaval sejarah siswa sekolah Elfwood.

Dan dalam foto yang ditampilkan di headline surat kabar tersebut Emily menemukan sosok pria berjubah dokter yang berdiri di barisan belakang para siswa, wajah pria itu sangat mirip Robert Hawthorne.

Mungkin ini bukan apa-apa.

Atau mungkin mereka hanya dua orang yang kebetulan sangat mirip.
Namun Emily tidak akan melewatkan hal ini.
Jika ada sedikit saja kemungkinan bahwa pria dalam foto itu adalah Robert, seseorang ... yang menurut Matthias adalah ayahnya, ia harus mengejar informasi itu.

"Aku baik-baik saja, ibu," kilah Emily.
"Hanya pekerjaan di kantor sedikit sibuk." Emily memaksakan senyum.

"Kupikir, " sahut Lady Clarice dengan kening berkerut, "sebaiknya kau tak usah bekerja dulu dan beristirahat saja hari ini. "

Emily mendengus tawa sambil mengemasi tasnya dari atas meja.
"Itu tidak perlu. Beristirahat hanya akan membuatku merasa benar-benar sakit." Emily mendaratkan kecupan di kening ibunya.

"Aku pergi dulu."  Ia berjalan meninggalkan ruangan.

***
"Apa kalian tidak punya nomor kontak... atau emailnya yang bisa dihubungi?"

Emily tak bisa bicara dengan wartawan yang menulis artikel tersebut, karena pria itu, Xavier Lee, telah lama tidak bekerja di kantor redaksi The New York Post.

Namun sebagai gantinya Emily berbicara pada salah satu editor, Laura Hogs, yang mengaku kenal baik dengan Xavier.

Wanita itu bersedia menceritakan segala sesuatu tentang Xavier setelah Emily menjanjikan imbalan padanya.

"Xavi dulu terlibat masalah dengan para penagih hutang."
"Atasan memecatnya setelah orang-orang itu beberapa kali datang ke kantor redaksi dan membuat keributan."

Wanita itu menambahkan."Aku sempat berusaha menghubunginya, kau tahu, sekedar mengecek kabarnya. "

"Aku teman Maria, istrinya. Setelah pemecatan apalagi musibah yang menimpa bayi laki-laki mereka aku merasa sedikit khawatir,"
"Tapi sejak berhenti bekerja, Xavi telah menutup akses komunikasi dan bersembunyi."

"Aku bertanya-tanya kemana dia pergi saat itu, Xavi tidak punya sanak saudara dan orang tuanya telah lama meninggal."
"Sedangkan Maria seorang imigran ilegal dari Meksiko."

"Musibah?" Emily mengerutkan kening.

"Maria mengalami kehamilan yang sulit. Setelah persalinan putranya didiagnosis dengan kelainan akibat infeksi atau semacamnya."
"Aku ada di sana saat itu. Bayi malang itu nyaris tidak selamat,"

Beauty and The Beast : "Dark Fortress"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang