"Ada apa denganmu?"
Ayahnya berkata seraya melirik Emily dari atas surat kabar yang dibacanya.
Cengiran Emily langsung lenyap.
Ia menunduk, pura-pura sibuk mengaduk sarapannya di atas piring.
"Tidak ada."Ayahnya menyipitkan mata menatapnya.
Bukannya ia tidak menyadari wajah putrinya yang tidak berhenti senyum-senyum sedari tadi.
Ia menduga sesuatu telah terjadi, dan Robert tidak suka kemungkinan yang terpikirkan olehnya.
"Kenapa kau berpakaian rapi sepagi ini?""Aku ingin mengadakan meeting dengan Lurie Corporations."
"Meeting? Dengan Matthias?"
Emily mengangguk."
"Kepala proyek akan memulai ground breaking di New Borough Minggu depan, aku ingin membicarakan beberapa dengannya."Robert mengerutkan kening.
"Itu tidak mungkin benar.""Ayah aku akan membahas masalah pekerjaan. Tolong singkirkan prasangka ayah seolah ini hanya alasan agar aku bertemu Matthias," ujarnya kesal.
Kerutan di dahi Robert kini makin dalam, "Tidak," ia tampak curiga.
"Tapi ini hari Minggu."Raut wajah Emily berubah kosong.
Sial.
Karena terlalu senang dengan pemikiran mengunjungi Mansion Lurie dan bertemu Lady Clarice hari ini ia jadi lupa.
Ia keliru membuat alibi.Pandangan Robert berubah waspada.
"Jadi kau benar-benar akan pergi menemuinya?""Ayah,"
"Tidakkah cukup buruk yang dia lakukan padamu Emily!"
"Apa tepatnya yang Matthias lakukan? Membatalkan pertunangan? Bukankah ayah dan kakek memang tidak suka kami bertunangan?"
"Karena dia membawamu ke Birmingham!" bentaknya.
"Sampai kapanpun itu adalah kesalahan terbesarnya!""Benarkah? Karena jika dia tidak melakukannya aku yakin, kakek atau salah satu dari keempat klan yang akan menyeretku kemari!"
Emily tidak bermaksud melawan ayahnya.
Tapi antipati terhadap Matthias di rumah ini membuatnya tidak tahan.
Lagipula pertunangan yang batal itu adalah idenya, sebab ia perlu membuat Anastasia dengan sukarela kembali ke Birmingham karena merasa keadaan sudah aman terutama karena Emily sudah pergi dari sisi Matthias.Emily mencoba membujuknya,
"Mengapa ayah tidak memberi Matthias kesempatan? Meskipun kami tidak lagi bertunangan, setidaknya kedua keluarga masih bisa mencoba memulai semuanya dari awal tanpa kesalahpahaman."Robert memandang putrinya seolah Emily sudah kehilangan akal sehat.
"Kesalahpahaman?" cemoohnya.
Robert Hawthorne melemparkan koran yang dibacanya ke atas meja makan di depan Emily."Itu yang kau sebut salah paham?"
Ia menuding koran itu dengan marah.Emily meraihnya. Ia membaca kolom gosip dan menemukan berita yang membuat ayahnya murka.
Terpampang foto Trenton Hawthorne di halaman depan.
Itu tampak seperti lelucon kejam.
Wajah kakeknya diberi cap merah bertuliskan "Pelanggar HAM"Tajuk beritanya berbunyi,
'Masyarakat Britania merasa sangat menjijikkan bagaimana uang yang digunakan oleh Hawthorne untuk membangun kerajaan bisnisnya berasal dari tindakan keji mereka merenggut ratusan nyawa penduduk yang tidak bersalah.'Lalu ada artikel lanjutan di bawahnya dengan foto kantor pusat Hawthorne Contructions di London yang dibubuhi tanda seru merah,
'Komite kemanusiaan Britania telah mengusulkan pengajuan petisi besar-besaran untuk memboikot seluruh kegiatan keuangan milik Hawthorne Ltd,. di seluruh dunia. Mereka pantas menerimanya.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Beast : "Dark Fortress"
RomanceSuatu pagi Baron Dimitri Lurie yang tengah diselidiki karena keterlibatannya atas bencana ledakan tambang yang meluluh lantakkan seluruh desa, ditemukan tewas bunuh diri di kamar tidurnya. Kematiannya membuat anak laki-lakinya, Matthias, menyimpan d...