Alunan piano bernada rumit mengalun lamat-lamat dari arah ruang dansa.
Emily menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya lewat mulut untuk mengusir rasa gugup.Menurut Lady Clarice, malam ini setidaknya ada lebih dari dua ribu orang tamu yang bakal menghadiri pesta keluarga Lurie.
Mereka sebagian besar terdiri dari pejabat di dalam dan luar Britannia, yang memiliki afiliasi dengan Matthias lewat bisnisnya, lalu para politikus setempat, mereka yang menginginkan dukungan keluarga Lurie dalam tahun-tahun pemilihan mendatang, dan tentunya, kalangan bangsawan.
Dari buku tata krama yang pernah Emily baca, orang inggris salah satunya suka berdansa klasik pada acara formal mereka.
Menekuk kaki pada orang tertentu, sopan santun kala menerima pasangan dansa sepanjang acara berlangsung, dan juga menguasai dasar teknik waltz—setidaknya, agar tidak menginjak kaki pasangan mereka saat berdansa.Ia bisa menari, sedikit.
Berkat guru tari yang didatangkan Lady Clarice tempo hari.
Pria tua berpenampilan klimis yang mengemblengnya berjam-jam untuk membuat putaran foxtrot.Hal menjadi bangsawan sungguh mengerikan, simpulnya.
Dan Emily tersadar ia sama sekali tak punya gambaran apa-apa tentang malam ini, tak peduli sebanyak apapun buku aturan yang telah dia baca.
"Selesai!"
Dorris pelayan wanita cekatan yang bertugas mendandani Emily mengumumkan.
Wanita itu mundur sambil memandangi hasil karyanya dengan puas.Emily mengalihkan tatapannya pada kaca setinggi dinding di hadapannya.
Dorris menata rambut pirang Emily menjadi gelungan anggun di atas tengkuk dan menghiasinya dengan jepit bermata batu safir.
Riasan glamour mempertegas tulang pipi Emily yang tinggi dan halus, hidung yang sempurna serta bibirnya yang penuh.
Gaun pesta yang dikenakan Emily berpotongan off-shoulder, yang memperlihatkan bahu serta sebagian punggung mulusnya yang terbuka.
Gaun itu berbahan satin warna putih tulang yang ketat sehingga memperlihatkan bentuk tubuh Emily yang ramping dan berlekuk.
Sedangkan rok gaunnya mengembang dengan aksen lace berbordir sulaman tangan yang elegan."Astaga!"
Emily berputar ketika mendengar kesiap keras Lady Clarice dari ambang pintu kamarnya."Kau terlihat sangat cantik!"
Ibunya memandanginya dengan takjub dan bangga.
"Sayangku!" ia mendekati Emily lalu mengulurkan tangannya."Kemarilah, aku membawakan sesuatu untukmu." ibunya mengangkat sebuah kotak berukuran sedang yang ia bawa.
Lady Clarice membuka kotak itu, dan isinya membuat Emily tercengang.
Itu adalah satu set perhiasan bertahtakan berlian gemerlap dengan berbagai ukuran, serta dirangkai rumit, terlihat agung dan sangat menyilaukan.
Emily menahan napas, "Indah sekali," desahnya sambil menyentuh ringan benda itu.
"Berlian sahabat terbaik wanita," tukas ibunya.
"Ini," ia mengeluarkan seuntai kalung lalu dengan bantuan Dorris memasangkannya hati-hati di leher jenjang Emily."Kalung ini sangat langka, Centaury Diamond, setiap potongannya dikerjakan oleh seorang ahli selama 160 hari pembuatan. Pernah dimiliki oleh raja Lois XIV dari Prancis dan kala itu menjadi koleksi kebanggaannya."
Sebuah berlian terbesar di tengah rangkaiannya memancarkan kilau sebiru laut Aegea, senada dengan warna mata Emily.
Lady Clarice terlihat sangat puas.
Kemudian ia mulai memasang gelang, lalu anting, dan yang terakhir menyematkan sebuah tiara kecil sebagai pelengkap di puncak kepala Emily.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and The Beast : "Dark Fortress"
RomantikSuatu pagi Baron Dimitri Lurie yang tengah diselidiki karena keterlibatannya atas bencana ledakan tambang yang meluluh lantakkan seluruh desa, ditemukan tewas bunuh diri di kamar tidurnya. Kematiannya membuat anak laki-lakinya, Matthias, menyimpan d...