Chapter 15 : Ba-thump

174 53 3
                                    

"Coba berikan ini padanya my Lady!"

Lady Clarice mengangsurkan kain bersih yang telah diberi amonia ke dekat hidung Emily yang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang.

Tak satupun dari mereka menyadari bahwa Emily sebenarnya telah siuman sebelum bau menyengat itu menyentuh hidungnya.
Emily memalingkan wajahnya ketika mencium bau tajam amonia yang memenuhi indra penciumannya.

"Lihat! Dia sadar!"

Emily mengerjap di tengah rasa pening di kepalanya yang berdenyut-denyut lalu membuka matanya dengan enggan.
Ia melihat Lady Clarice serta beberapa wanita berseragam pelayan mengelilingi ranjang besar tempatnya berbaring.

Emily mencoba bangkit, menyangga tubuh dengan siku namun Lady Clarice dengan lembut mendorongnya berbaring kembali ke atas ranjang.
"Kau sebaiknya beristirahat, anakku."
"Sampai dokter yang memeriksamu kembali, dan menyatakan kau sudah benar-benar pulih."

"Aku tidak apa-apa," gumam Emily sambil menggosok kelopak mata dengan punggung tangan.
Ia mengerenyit, "Apa yang terjadi?"

Lady Clarice memberi isyarat dengan anggukan kepada para pelayan wanita di sekelilingnya dan membuat mereka membubarkan diri dengan teratur.
Mengemasi baki berisi kain basah, dan obat-obatan.
Salah seorang wanita pelayan meletakkan selimut baru di ujung ranjang sebelum berjalan keluar kamar.

Lady Clarice berpaling menatapnya. Sorot mata wanita itu tampak cemas ketika ia menyunggingkan senyum lemah kepada Emily.

"Kau nyaris terjatuh dari atas kuda, kau tidak ingat?"

Perlahan-lahan bayangan dirinya berderap di atas kuda putih yang berlari kencang menyusup dalam benak Emily.
Ia memejamkan mata dan memijit pelipisnya.
"Sepertinya aku ingat ... " gumam Emily lirih.

"Aku nyaris kena serangan jantung waktu Mr. Flint memberitahuku!"
"Dia bilang Light berubah agresif dan hampir melemparmu dari punggungnya, tapi syukurlah Matthias datang tepat waktu untuk menyelamatkanmu, sayang!"
Lady Clarice berkata seraya mengelap sudut matanya yang basah oleh sisa air mata.

Emily mengerutkan kening memandang sekeliling kamarnya.
"Di mana Matthias?"

Lady Clarice tersenyum cemas sambil berpaling pada jendela menatap ke kejauhan. "Perpustakaan. Dia baru saja bicara kepada para pekerja istal." Lady Clarice mendesah muram.

"Matthias mengalami sedikit-apa yang mungkin disebut-ledakan emosi..." ujarnya gelisah.

"Maksudmu dia memarahi Mr. Flint dan yang lainnya karena kecerobohanku?"
"Tapi kenapa?!" protes Emily bingung bercampur kesal ketika Lady Clarice menganggukkan kepala.

"Nah, nah, sayangku, Matthias hanya menuntut tanggung jawab mereka atas insiden yang terjadi istal, di tempat kerja mereka."

Emily hendak membantah, namun Lady Clarice buru-buru menambahkan,
"Di samping itu, menunggang kuda pacuan bukan untuk pemula, kau bisa saja patah leher karenanya."

"Matthias benar-benar marah, sebaiknya dia dibiarkan sendirian dulu sementara. Sejujurnya aku belum pernah melihat dia semarah itu."

Emily menyibakkan selimut dari tubuhnya lalu mengayunkan kakinya turun dari ranjang.
"Kau mau kemana?"
Lady Clarice mengikuti Emily yang berjalan terhuyung melintasi ruangan.

Emily berpegangan pada ambang pintu lalu berkata dari balik bahu.
"Menemuinya."

"Tapi—"

Emily menggeleng untuk menghentikan ucapan wanita itu.
Ia tampak ragu sejenak sebelum ia berbicara."Ibu," panggil Emily canggung, ia bisa melihat kedua mata Lady Clarice melebar tertegun mendengar panggilannya.

Beauty and The Beast : "Dark Fortress"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang