Pada kenyataannya, hidup sering timpang pada beberapa orang. Semua berjalan sesuai rencana, realita melebihi ekspektasi, dan tidak perlu berdarah-darah untuk mencapai sesuatu. Tidak perlu kesal, lelah, atau kecewa. Bisa saja hidup berjalan mulus untuk beberapa orang.
Contoh ketimpangan hidup adalah Jarvis Althaf K.. Hidupnya sempurna. Wajah rupawan, bentuk badan impian, otak brilian, dipenuhi kemewahan, dikelilingi kebaikan, dan segudang keahlian. Hidup seorang Jarvis Althaf K. itu sempurna.
“Jarvis ada?” tanya Pak Yoga. Beliau adalah guru kimia SMA Lentera Bangsa yang terkenal dengan ke-killer-annya.
Lantas semua siswa di kelas XII-A menoleh pada murid yang duduk di bangku jajaran kedua, yang lurus dengan papan tulis. Di sanalah sosok yang dicari Pak Yoga berada. Ia tampak sibuk dengan pensil dan buku matematika.
“Jar.” Siswa di belakangnya menepuk bahu laki-laki itu. “Tuh, dicari Pak Yoga.”
Sontak saja, dia—Jarvis Althaf K.—menoleh ke arah pintu kelas. Di sana, Pak Yoga sudah memamerkan deretan gigi putihnya sembari melambai pada Jarvis, memintanya untuk mendekat. Dan tanpa pikir panjang, Jarvis segera menutup bukunya dan melangkah menuju pintu.
“Bapak cari saya?” tanya Jarvis, sedikit menunduk untuk menyamakan tingginya dengan sang guru.
“Iya. Tapi, bapak gak ganggu kamu, kan? Kamu enggak sibuk, kan?” Pak Yoga balik bertanya. Senyum masih terpatri di bibirnya, hal yang sangat jarang beliau tunjukkan pada siswa lain.
“Enggak, Pak. Barusan saya cuma mempelajari materi bab selanjutnya.”
Untuk beberapa saat, Pak Yoga hanya terdiam sembari memperhatikan Jarvis. Seandainya semua siswa seperti pemuda yang ada di hadapannya, pasti tanggung jawab semua guru tidak alam terlalu berat. Seandainya semua pelajar Indonesia memiliki semangat belajar seperti Jarvis, pasti negara ini sudah sangat maju.
Sadar terlalu lama diam, Pak Yoga pun berkata, “Kamu sudah dengar tentang Olimpiade Sains dari Bu Rika?”
Jarvis mengangguk.
“Bagaimana kalau kamu yang jadi perwakilan sekolah kita di bidang kimia?”
Kali ini, giliran Jarvis yang terdiam. Dia tersenyum tipis dan mengusap tengkuknya. “Tapi, saya udah kelas 12, Pak. Dan pasti ada siswa lain yang ingin ikut. Barangkali juga ada adik kelas yang ingin coba.”
“Bapak tahu sekarang kamu sudah kelas 12 dan sudah seharusnya fokus mempersiapkan diri ke perguruan tinggi. Tapi, kamu sendiri juga tahu, tidak ada siswa yang bisa mengalahkan prestasi kamu di sekolah ini. Maka dari itu, bapak meminta kesiapan kamu untuk menjadi perwakilan sekolah kita.” Pak Yoga meraih tangan Jarvis. “Bapak janji, ini terakhir kalinya kamu okut olimpiade, Jarvis. Dan kamu juga tidak akan sendiri. Bapak sudah pilih siswa dari kelas 11 dan 10.”
“Jadi, nanti 3 orang, Pak?”
“Iya. Dan kamu tenang aja, mereka adalah siswa terbaik di angkatannya. Jadi, kamu tidak perlu takut akan terbebani. Mungkin, hanya perlu mengajarkan materi yang belum mereka pelajari. Tapi, mereka semua cerdas, pasti bisa mengerti dengan cepat.”
Lagi, Jarvis terdiam, menimbang tawaran dari Pak Yoga.
Bukan sekali dua kali ia menerima tawaran semacam ini. Sudah terlampau sering. Dari awal masuk SMA Lentera Bangsa, setiap tahun Jarvis mengikuti olimpiade. Dan bukan hanya di bidang pengetahuan, ia juga sering ikut berpartisipasi di olimpiade catur, basket, bahkan memanah. Dan tentu, ia akan selalu pulang dengan membawa medali dan piala kemenangan. Lewat Jarvis, SMA Lentera Bangsa bisa semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Dan jangan tanya mengapa guru menyeramkan seperti Pak Yoga bisa begitu lembut saat bicara dengan Jarvis. Selain karena segala prestasinya, Jarvis juga sangat dikagumi dari rupa dan perilaku. Bukan hanya Pak Yoga, semua guru sangat menyukainya. Dan bukan hanya guru, tetapi semua siswa, pedagang, sampai satpam pun segan pada Jarvis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caliginous [Tamat]
Tiểu Thuyết ChungJangan terlalu percaya dengan apa yang matamu tunjukkan tentang dunia dan isinya. Dunia selalu penuh tipu daya dan manusia selalu berkamuflase. Begitu pula tentang Jarvis dan Kania. Mereka memiliki banyak rahasia yang ditutupi dengan kepura-puraan. ...