Ada cemas yang begitu besar yang dirasakan para pendukung Jarvis, Selin, dan Rahma di babak akhir. Poin mereka saling mengejar dengan saingan, SMA Garuda. Untungnya, Jarvis bisa terus bersikap tenang dan berpikir cepat sampai pertanyaan terakhir.
“Di antara reaksi-reaksi berikut, mana yang pereaksi anorganiknya berperan sebagai nukleofil?”
Mata Jarvis langsung tertuju pada layar yang menunjukkan lima reaksi kimia. Satu per satu reaksi itu dia perhatikan. Setelah yakin dengan jawabannya Jarvis segera memencet bel. Dia menarik napas dalam-dalam dan mulai menjelaskan jawabannya dengan saksama.
“Nukleofil, penyuka nukleus, penyuka inti, penyuka bagian yang miskin elektron, dia kaya akan elektron. Pada pilihan D, NaOH dapat menghasilkan OH– dan kaya elektron yang bertindak sebagai basa Lewis juga. Oleh karena itu pereaksi ini berperan sebagai nukleofil,” jelas Jarvis, begitu tenang. “Jawabannya adalah D.”
Sempat ada jeda sebelum diungkap apakah jawaban Jarvis benar atau salah. Dan saat bel tanda jawabannya benar, Jarvis langsung tersenyum dan membuang napas lega. Ia juga sempat melirik ke arah tribun, tepatnya pada seseorang yang mengenakan kaus putih. Kania duduk di sana untuk mendukung Jarvis sepenuhnya.
“Soal terakhir.”
Perhatian Jarvis kembali tertuju pada panitia olimpiade.
“Jika SMA Garuda mampu menjawab, maka akan dibuat satu soal tambahan untuk menentukan pemenang. Namun, jika SMA Lentera Bangsa yang menjawab dengan benar, maka sudah jelas siapa pemenangnya.”
“Kak, gimana kalau kita gak bisa jawab?” bisik Rahma.
“Gak boleh ngomong gitu. Kita pasti menang, kok,” sahut Selin. Padahal, dia juga terlihat sangat gugup, tetapi berusaha menguatkan diri.
Jarvis tersenyum pada dua partner-nya itu. Dia mengusap bahu Selin dan Rahma secara bersamaan. “Tenang aja, kita pasti menang, kok. Kita udah bekerja keras selama ini. Hasil gak mungkin mengkhianati proses. Atur napas kalian, fokus sama pertanyaannya, terus pikirkan jawaban dengan cepat. Kita pasti menang. Oke?”
Selin dan Rahma mengangguk. Mereka menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan, berharap itu bisa membawa pergi gugup di dalam diri mereka. Lalu, ketiganya saling melempar senyum dan kembali menghadap ke depan, pada panitia yang akan membacakan soal.
“Poliklorinasi bifenil atau PCB digunakan sebagai pemlastis dan isolator listrik, tetapi sekarang menjadi bahan berbahaya terhadap lingkungan. Salah satu senyawa PCB adalah sebagai berikut.”
Perhatian semua orang tertuju pada layar.
“Campuran suspensi PCB dan natrium hidroksida diaduk. Berapakah jumlah atom klor pada PCB yang dapat dihidrolisis dengan NaOH?”
Baru saja Rahma hendak memencet bel, tetapi sudah didahului oleh tim lawan. Dia semakin putus asa. Matanya yang berkaca-kaca menatap Jarvis dan Selin secara bergantian.
“Maafin aku, Kak,” sesalnya, dengan nada bergetar.
“Gak apa-apa, kita perhatikan aja dulu jawaban tim lawan. Kalau juri kurang puas, kita bisa dikasih kesempatan,” jawab Jarvis. Walau dia mulai gelisah, tetapi berusaha bersikap tenang.
Tim lawan Jarvis segera meraih mikrofon. “Atom klorida yang terikat langsung pada cincin benzena tidak dapat dihidrolisis. Maka, jawabannya adalah A.”
“Mengapa atom klorida tidak bisa dihidrolisis?” tanya salah satu juri dengan cepat.
“Karena ....”
Melihat itu, Jarvis langsung tersenyum miring. Dia menoleh pada Rahma. “Lo tahu alasannya gak bisa dihidrolisi?”
“Tahu, Kak,” jawab Rahma dengan penuh kemantapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caliginous [Tamat]
General FictionJangan terlalu percaya dengan apa yang matamu tunjukkan tentang dunia dan isinya. Dunia selalu penuh tipu daya dan manusia selalu berkamuflase. Begitu pula tentang Jarvis dan Kania. Mereka memiliki banyak rahasia yang ditutupi dengan kepura-puraan. ...