32. Thank You [The End]

2.9K 286 101
                                    

Kalau berkenan, mohon jawab pertanyaan di bawah, yaaa. <3<3

*
*
*

"Tante Elmi?"

Seorang perempuan-dengan pakaian super mewah-menoleh. Beliau tersenyum pada Kania dan segera menghampirinya. "Hai, Cantik."

Kania mengangguk sopan. Ia hanya bisa pasrah saat perempuan itu mencium pipi kanan dan kirinya tanpa permisi, seperti biasa. Lalu, pandangannya beralih pada beberapa orang yang mengangkut baju dari kamar Jarvis.

"Barang-barang Jarvis mau di ke manain, Tan?" Kania tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Bu Elmi-bunda Jarvis-tersenyum hangat. "Maaf tante gak bilang dulu sama kamu. Tante takut ini akan bikin kamu sedih," ucapnya sembari mengusap punggung Kania. "Jadi, tante berencana untuk menyumbangkan semua barang-barang Jarvis. Baju, furnitur, termasuk motornya, akan tante sumbangkan."

Tentu saja Kania kaget mendengarnya. Namun, dia masih bungkam, setia mendengarkan ucapan Bu Elmi.

"Tidak bisa dipungkiri, setiap datang ke sini, tante merasa sedih. Tante menyesal karena tidak bisa menjadi ibu yang baik, tidak bisa menjaga Jarvis seperti seorang anak. Dan tante gak akan mengelak, apa yang terjadi adalah kesalahan tante. Jika saja tante tidak sibuk mengejar karier, ini semua tidak akan terjadi."

Pandangan Kania beralih pada sofa, tempat Jarvis menghabiskan banyak waktunya selama di sini.

"Nyokap gue orang yang baik, Ni. Cuma, kebetulan aja Tuhan menakdirkan dia buat jatuh cinta sama orang yang mengerikan. Dan gue gak pernah benci dia karena lebih mengutamakan karier. Gue tahu, itu kebahagiaan dia. Lagian, gue udah gede, udah bisa tanggung jawab atas diri sendiri. Jadi, gak apa-apa kita hidup pisah kayak gini. Yang jelas, gue akan selalu sayang dia."

Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja Jarvis berkata demikian sepulang menonton film komedi, hari di mana dia melihat tawa Kania untuk pertama kalinya. Sorot matanya begitu dalam dan tulus, memperjelas tidak ada luka sama sekali dalam ucapannya. Jarvis tidak pernah keberatan hidup sendiri.

"Tapi, tidak mungkin kita seperti ini selamanya, kan? Tidak mungkin kita terus bersedih dan menahan kepergian Jarvis. Dan ini langkah tante untuk melepaskan Jarvis." Bu Elmi menarik tangan Kania dan menggenggamnya erat. "Kamu gak keberatan, kan, Kania? Gak apa-apa kalau barang Jarvis tante sumbangkan?"

Sejujurnya, ada perasaan tak rela. Namun, Kania tahu bahwa hak Bu Elmi jauh lebih besar dibandingkan dirinya. Apartemen 510 ini sudah seperti rumah kedua untuk Kania. Meski datang ke sini berarti membuka kenangan, menciptakan kekosongan, dan menimbulkan penyesalan, tetapi Kania nyaman ada di sini. Karena baginya, apartemen itu adalah Caliginous, tempat di mana ia bisa menjadi diri sendiri.

Namun, benar yang diucapkan Bu Elmi. Tidak mungkin selamanya mereka melepas kepergian Jarvis. Ini adalah langkah yang tepat untuk merelakannya.

"Apartemen ini juga mau dijual, Tan?"

Bu Elmi menggeleng. "Tante tahu, kamu lebih sering datang ke sini dibandingkan tante. Mungkin, satu-satunya cara yang tersisa untuk mencintai Jaevis adalah dengan mengenangnya, di sini. Jadi tante tidak akan menjualnya."

"Terima kasih, Tan. Aku gak keberatan kalau barang Jarvis mau di bawa. Tapi, kalau boleh, aku minta sofanya ditinggal di sini satu, ya? Juga ranjang."

"Boleh, Sayang. Kamu tidak usah sungkan," jawab Bu Elmi sembari kembali mengusap punggung Kania. "Terima kasih karena telah mencintai anak tante."

Kania tersenyum. Ia mengangguk kecil dan berkata, "Jarvis pantas mendapatkan itu, Tan. Bahkan, seharusnya dia menerima lebih dari yang sempat aku berikan."

Caliginous [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang