2 ÷ Curahan Hati

373 68 2
                                    


Laskar menoleh ke belakang. Menunggu Lestari turun karena sudah ada di depan rumahnya. Rumah besar itu tampak suram di mata Lestari. Tak ada setitik kebahagiaan yang Lestari dapat di dalam sana, selain kemarahan dan omelan tak berarti dari papa.

"Udah sampe, Tar. Mau di situ sampe lebaran kuda?"

Lestari turun dan berdiri di sebelah motor Laskar. Dia menunduk, memasang wajah murung. Laskar tahu segalanya, karena Laskar adalah salah satu teman curhat Lestari selain Tuhan dan mama.

"Udah malem. Buru masuk," suruh Laskar.

"Laskar, lo mau nunggu bentar?" tanya Lestari membuat Laskar mengernyit.

"Gue mau ke rumah sakit, Kar. Mau sama mama."

Laskar mengangguk. Ia akan menunggu Lestari di luar.

"Sebentar doang."

Lestari buru-buru masuk ke dalam rumah dan berlari ke kamar. Mengambil pakaian ganti, seragam, buku jadwal pelajaran besok dan apapun yang diperlukan untuk sekolah besok. Lestari masukkan semua dalam tas totebag besar. Pembantu di rumah sempat bertanya pada Lestari. Lestari bilang akan menginap di rumah sakit bersama mama. Setidaknya papa tidak melarang mengenai hal itu.

Setelah selesai, ia keluar dan menemui Laskar.

"Maaf Laskar. Nanti gue bayarin bensin sama gue kasih uang lo deh."

"Nggak usah. Gue ikhlas, gue seneng kalo bisa bermanfaat bagi lo."

Lestari menautkan alis saat melihat Laskar tersenyum lebar.

"Apaan si?"

"Cakep nggak sih gue?"

"Nggak ah b aja."

Lestari naik dan motor mulai melaju keluar gang. Seperti biasa adegan cubit-cubit perut mulai ia lakukan. Kalau saja yang bonceng si Ojan, sudah Laskar tabrakkan saja motornya ke pembatas jalan. Fyi, Ojan adalah orang ketiga dalam hubungan Laskar dan Lestari. Bercanda.

Ojan juga merupakan teman dekat Laskar. Teman yang akan siap membantu Laskar. Ojan dan Lestari juga lumayan dekat, tapi hobinya gelut mulu. Mereka saling mengenal melalui Laskar.

Sesampainya di rumah sakit. Laskar memilih untuk langsung pulang. Sudah malam dan bapak juga pasti menunggunya. Jarak rumah sakit ini lumayan jauh dengan rumahnya.

Lestari masuk ke dalam dan berjalan menuju ruangan mama. Tidak ada perubahan dari mama. Badannya yang kurus, rambut sebahu dan kulit putih pucat. Matanya juga enggan terbuka. Lestari duduk di sebelah kasur mama dan meletakkan kepala di sebelah tangan mama. Tangan kanannya ia gunakan untuk memeluk tubuh mama.

"Tari kangen sama mama. Mama ayo bangun. Mama nggak capek apa tidur terus? Tari kangen mie tektek buatan mama, Tari kangen disisirin mama, Tari kangen dinyanyiin lagu sebelum tidur sama mama. Tari kangen semuanya yang pernah mama lakuin ke Tari. Tari kangen mama." Air matanya berjatuhan, membasahi sprei putih kasur mama.

Bunyi detak jantung mengiringi kepiluannya. Setiap hembusan napas mama adalah hal yang paling berharga dalam hidup Lestari. Mama adalah segalanya. Selama ada mama, ia akan baik - baik saja.

Lentera Laskar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang