4 ÷ Pingsan

249 68 4
                                    

"Ck!"

Lestari mendecak saat tiba - tiba merasakan rasa sakit di perutnya. Sakit selalu datang di waktu yang tidak tepat. Saat ulangan fisika seperti ini misalnya. Seketika fokusnya buyar dan tak bisa mengerjakan soal. Benar-benar sangat sakit. Hal itu membuat Lestari mual dan pusing.

Semalam badannya juga panas dan lemas saat di rumah sakit. Mungkin ia pikir hanya kelelahan saja.

"Kamu gapapa?" tanya Arimbi, murid baru yang duduk bersama Lestari satu Minggu yang lalu. Satu - satunya teman yang Lestari punya di kelas. Dan satu-satunya yang mau mengajaknya berbicara.

"Gapapa, Bi."

"Beneran?" tanya Arimbi sekali lagi. Hal itu mendapat atensi dari Dinar yang kebetulan sudah selesai. Dari pojok diam - diam Dinar melihat interaksi Arimbi dan Lestari.

'Ayo Tari bertahan. Satu nomer lagi-' batin Lestari. Akan tetapi pandangannya kabur seketika. Kepalanya benar - benar pusing.

Bruk!

Lestari pingsan dan jatuh ke samping.

Mendadak semua murid memusatkan pandangan pada Lestari. Namun, tidak ada yang ingin membantunya.

"Ada apa?"

"Lestari pingsan,Bu." Lapor salah satu murid.

"Pura - pura nggak sih?" bisik yang lainnya dengan suara pelan.

"Cari muka sih."

Dinar melihat itu. Dengan sigap ia berjalan dan menghampiri Lestari.

"Kak, Kak Tari bangun kak," panggil Dinar dengan sebutan kakak. Karena memang Lestari lebih tua satu tahun dari Dinar.

"Sumpah, Dinar lo baik banget. Padahal lo udah dibully Lestari sampai segitunya." Cibir salah satunya lagi.

Guru Fisika itu menghampiri Lestari dan mencoba membangunkan Lestari.

Tok...tok...tok...

"Bu Fiony," panggil seorang murid yang hendak menemui Bu Fiony.

Laskar, lelaki itu melihat kerumunan di dalam sana.

"Bantu ibu, cepat!" teriak Bu Fiony, namun mereka hanya melihat saja. Hanya Dinar dan Bu Fiony yang mencoba menyadarkan Lestari. Karena penasaran, Laskar mendekat. Dia juga heran, kenapa murid - murid pintar itu hanya melihat dan tidak ada yang bergerak. Hal itu membuat dirinya masuk ke dalam.

Seketika Laskar terkejut saat melihat Lestari sudah tergeletak dengan paha Dinar sebagai bantalan kepalanya. Laskar langsung mendekat dan melihat sekitar.

"Lo pada kenapa gue tanya?! Lo bisa panggil guru laki-laki atau apa kalau emang nggak bisa bawa ke UKS!" ucap Laskar emosi.

"Nyingkir lo semua!"

"Biar saya yang bawa ke UKS," ucap Laskar pada Bu Fiony.

"Iya, nak. Ayo cepat," suruh guru itu yang nampak panik.

Ia mengangkat tubuh Lestari. Namun, sebelum keluar ia mengatakan sesuatu.

"Otak aja pinter, rasa kemanusiaan nggak ada," desis Laskar. Ia segera membawa Lestari ke UKS bersama Bu Fiony.

Lentera Laskar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang