"Bawa apa?" tanya Lestari kepada Laskar saat berada di lapangan belakang dekat dengan parkiran siswa.
Lestari sudah penasaran dengan sesuatu yang Laskar sembunyikan di balik badannya. Terlebih lagi bibir lelaki itu menyungging manis membuat kerutan di dahi Lestari sungguh terlihat.
"Bawa apaan sih? Mau lihat!" Lestari menarik tangan Laskar. Laskar terus menjauhkan diri.
"Sabar dulu ya ampun," gumam Laskar.
"Kepo anjir."
"Yaudah nih." Laskar memberikan sebuket bunga mawar pink yang ia beli kemarin untuk Lestari. Manik mata gadis itu berbinar dan dengan senang hati menerima bunga. Lestari suka bunga mawar pink. Ya walaupun yang nomor satu tetaplah Tulip.
"Anjay, udah kayak cowok romantis aja ngasih bunga."
"Biar kamu seneng aja gitu sekali-kali dapet bunga. Nggak pernah kan dapet bunga dari cowok?" tanya Laskar.
"Heleh, sok banget. Iya sih. Ngide banget kasih bunga?" tanya Lestari.
"Sekali-sekali. Sebenernya mau ngasih bunga kantil aja biar lebih hemat, cuma lagi baik makannya aku beliin mawar."
"Sekalian kasih kembang tujuh rupa aja buat mandi. Makasih loh. Aku terharu, mau nangis tapi udah keseringan," balas Lestari sambil mencium bunga mawarnya.
"Foto dulu ah. Mau pamer," ajak Lestari pada Laskar. Mereka berdua berfoto dengan banyak pose. Dari pose romantis sampai gelut.
"Jadian lo?" tanya Ojan tiba-tiba. Seperti jalangkung, ia datang tanpa diundang.
"Ngagetin banget sih tuyul!" seru Lestari.
"Anjay, dikasih kembang kan lo sama Laskar? Jadian nih ye? Ihirrr," goda Ojan.
"Jangan sok tau. Kita nggak jadian, yang ada nanti Bu Beti cemburu lagi," ucap Lestari masih aja.
"Bu Beti mau nikah," kata Ojan.
Lestari langsung menatap Laskar dengan iba. Ia menepuk-nepuk pundak Laskar, "Yang sabar. Mencintai orang memang sulit. Saya buktinya. Sebagai manusia-manusia yang cintanya bertepuk sebelah tangan memang sangat menyakitkan. Saya harap anda kuat seperti saya," ujar Lestari dengan begitu dramatis.
Mau Bu Beti nikah atau tidak pun Laskar juga tidak peduli. Ah kenapa dia tidak bisa jujur dengan perasaannya sih? Saat Laskar ingin mengungkapkan, lidahnya terus terasa kelu. Jujur saja itu membuat Ojan menatap Laskar dengan gemas.
"Tari!" panggil Arimbi yang datang bersama Dewi.
"Aku ke sana ya. Makasih mawarnya!" ucap Lestari yang kini sudah berlari ke arah tuan Puteri dan personil dugong yang baru.
"Lo naksir kan sama doi?" tanya Ojan.
"Gue tau. Ngaku aja, gemes banget lihat lo diem mulu kayak gini. Friendzone anjir sakit banget, payah," cibir Ojan.
"Kita beda. Seakan-akan dia langit, gue ranting pohon," kata Laskar.
"Insecure? Yaudah makannya diperjuangin. Emang dia sekaya apa sih anjir?" tanya Ojan penasaran. Desas-desusnya keluarga Lestari kaya tujuh turunan. Dan Lestari turunan ke lima. Katanya.
"Ya gitu. Selain itu juga dia itu pinter, cantik, dan lebih pantes dapet cowok yang emang harus banyak effort buat dia. Yang lebih berkelas lah. Nggak mungkin sama gue."
Ojan mendecak, "Ck ck ck. Lo aja belum berjuang udah ngerasa kalah. Yakin aja kenapa? Ungkapin aja perasaan lo. Kalau diterima ya lo selebrasi, tapi kalo di tolak ya....," Ojan menatap wajah Laskar yang sudah sedih saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Laskar ✓
Teen Fiction[END] Ini tentang Lentera, Laskar, dan Lestari. Tentang kebahagiaan yang diinginkan dan kebahagiaan yang dirindukan. Pun tentang lentera yang diidam-idamkan. Siapakah sosok lentera sesungguhnya? *** "Laskar gue iri sama lo." "Kenapa iri? Apa yang pa...