Sekalian aja deh chapter ini aku update hehe😆
Ceklek!
Lestari keluar dari kamar di tengah malam karena haus. Air di dalam botol yang ada di kamar habis. Agak ngeri sih kalau ke bawah malam-malam. Apalagi lampu sudah dimatikan semua. Namun, rasa hausnya lebih mendominasi dibanding rasa takut.
Sampai di anak tangga nomor tiga dari atas, Lestari kabur ke kamar karena mendengar derap langkah orang di bawah. Takut banget. Rumah sebesar ini tidak mungkin jika tidak ada hantu. Segera Lestari tutup pintu kamar rapat-rapat.
"Tauk ah, sebel banget jadi penakut. Mana haus banget. Minum air keran aja apa ya gue? Tapi itu tadi siapa anjir? Suaranya kayak pake sepatu hak. Nggak mungkin kan setan pake sepatu hak? Jangan-jangan noni-"
Bruk!
Lestari langsung menubruk kasur dan menata bantal untuk benteng perlindungan. Sembunyi di dalam selimut serta baca doa banyak-banyak agar terhindar dari setan-setan terkutuk.
Sudah yakin bahwa tidak ada orang yang bangun. Dinar naik ke kamarnya. Ia membuka pintu kamar kemudian terjatuh ke lantai karena pusing. Malam ini dia mabuk berat. Jika Mama tau pasti Dinar akan dimarahi habis-habisan. Untung saja Mama sudah tidur dan keadaan lampu rumah sudah dimatikan.
Gadis itu melepas heels dan melihat dirinya di kaca. Bekas kissmark di lehernya tampak begitu nyata. Besok sekolah, dan bagaimana caranya menyembunyikan ini? Ah ya, make up! Dinar punya banyak foundation untuk menyembunyikan bekas itu.
Ia berjalan sempoyongan ke arah kasur dan langsung terlelap saat tubuhnya sampai di atas kasur. Tadi, adalah hal yang paling membuat Dinar gila serta bahagia?
***
Di kantin sekolah Lestari masih teringat tentang hantu tadi malam yang membuatnya gagal minum. Aduh, bagaimana jika beneran ada Noni Belanda? Mbak Irma mana pernah bilang juga pernah dengar langkah kaki tengah malam. Masa Noni Belandanya berkeliaran setiap tengah malam? Ya, tidak aneh si. Tapi, kan, ah sudahlah pening.
"Mikirin apa sih, mblo?" tanya Sheva Aziel yang masih dengan susu ultramama, sekarang dia beli yang rasa cokelat.
"Apaan sih mblo. Masa jomblo nanyain jomblo," balas Lestari membuat Aziel menaikkan satu sudut bibirnya, "Idihhhh."
"El, lo pernah denger derap langkah sepatu hak tengah malem nggak?" tanya Lestari tiba-tiba.
"Gue? Enggak sih? Emang lo denger itu di rumah lo?" tanya Aziel balik.
Lestari mengangguk, "Iya masa. Klutak klutak, gitu."
"Kalo kata gue si kunti lagi ngadain ajang Miss Universe. Miss Universe Kuntimania," balas Aziel ngawur.
"Mana ada anjir, ngawur banget," kata Lestari.
"Bisa aja. Gue lihat di channel paranormal di YouTube gitu. Kunti juga ada ratunya woi. Bisa aja itu lagi pemilihan ratu baru. Tapi, kalau ada yang gitu berarti-hah." Aziel menutup mulut lebay. Lestari jadi kesal.
"Apa?"
"Rumah lo sarang Kunti? Nggak nggak! Lo harus banyak-banyak nyetel murotal sih," saran Aziel membuat Lestari terdiam. Masa iya?
"Kira-kira murottal apa yang harus gue denger, El?" tanya Lestari ikut merasa benar. Kayaknya rumahnya benar ada kuntinya. Kalau Noni Belanda engga deh. Aziel kayaknya lebih masuk akal.
"Ayat kursi, Al-Baqarah, nanti gue japri deh. Rumah gue dulu gitu sih. Di deket dapur sering ada bocil lari-lari tapi ghaib, terus Mak gue sering setelin murottal pake speaker hajatan tetangga, eh besoknya udah nggak ada lagi suara lari-lari sama tawaan bocil," jelas Aziel membuat Lestari manggut-manggut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Laskar ✓
Teen Fiction[END] Ini tentang Lentera, Laskar, dan Lestari. Tentang kebahagiaan yang diinginkan dan kebahagiaan yang dirindukan. Pun tentang lentera yang diidam-idamkan. Siapakah sosok lentera sesungguhnya? *** "Laskar gue iri sama lo." "Kenapa iri? Apa yang pa...