23 ÷ Bahagia Yang Singkat

160 39 4
                                    

Double!

I really enjoyed writing this story❤️

***

Sebuah motor menerabas genangan air setelah hujan lebat pagi ini. Dumalan kasar Lestari lontarkan saat seragamnya terkena air tersebut. Ditambah lagi dirinya sudah telat untuk masuk ke sekolah. Tadi pagi, Papa memarahinya lagi. Perkara kecil saja sebenarnya. Tentang Lestari yang tak mau mendengarkan Papa, dan ego Papa yang tinggi.

Sekarang Lestari bingung harus apa dengan seragamnya. Beberapa langkah lagi sampai di gerbang sekolah. Tapi, apakah dengan keadaan kotor begini akan diterima guru BK? Sudah pasti jawabannya tidak.

"Ah sialan!" ia menggaruk rambutnya kesal.

Pada akhirnya ia memilih untuk berlari ke arah pagar yang hampir dikunci.

"Pak! Tunggu dulu!" seru Lestari membuat Pak Setyo menoleh, "Loh! Keri, jam yah mene kok lagi mangkat to ndhuk ndhuk," kata Pak Setyo membuat Lestari menyengir. (Loh! Telat, jam segini kok lagi berangkat sih nak)

"Sepurane, Pak," kata Lestari membuat Pak Setyo membukakan pagar untuk gadis itu. Lestari memang jarang telat kok. Dia juga sudah kenal dekat dengan Pak Setyo. Jadi aman lah, tapi entahlah bagaimana nasibnya jika seragam yang ia kenakan ketahuan guru BK. (Maaf, Pak)

"Klambimu nopo kuwi?" tanya Pak Setyo. (Bajumu kenapa itu?)

"Kecipratan air pak tadi."

Suara mobil yang berhenti membuat Lestari menoleh. Mobil sport mahal yang membuat Pak Setyo menatap dengan tatapan kagum.

Keluarlah seorang murid perempuan. Dia adalah Dinar. Dinar yang selalu diantar Papa menggunakan mobil. Sementara Lestari tidak. Sejak SD, Papa tak pernah mengantarnya sekolah. Lestari antar jemput, jika tidak antar jemput ia diantar Mama. Saat Lestari bilang ingin diantar Papa, Papa selalu marah dan menolak, hingga Lestari tak pernah lagi minta diantar sekolah oleh Papa.

Melihat atensi Pak Setyo terarah pada Dinar. Lestari langsung kabur ke kelas. Untung saja saat masuk belum ada guru. Beberapa murid sekelasnya selalu melempar tatapan tidak suka pada Lestari. Terutama Anita.

"Baju kamu kenapa, Tari?" tanya Arimbi saat mengetahui seragam Lestari penuh dengan noda cokelat air genangan.

"Kecipratan air. Gimana dong? Mana habis ini pelajaran guru killer lagi."

"Kayaknya gurunya cuti deh. Tadi aku nggak lihat mobilnya. Oh ya! Aku ada seragam atasan di loker. Ayo, kamu bisa pake seragamnya dulu," ajak Arimbi yang sudah berdiri kemudian berjalan keluar kelas. Lestari mengikuti Arimbi berjalan ke loker.

Lestari jarang sekali membuka dan mengisi loker. Di dalamnya hanya ada hasil prakarya saja yang sudah tak berguna. Sampai di loker, Lestari terkejut dengan keadaan lokernya yang terbuka. Siapa yang membuka lokernya? Lestari kan tak pernah memberikan kunci loker ke siapapun.

"Hah kok bisa kebuka?" tanya Lestari.

"Ini hp siapa?"

"Itu hp lo bukan, Rel?" tanya Anita menunjuk Lestari yang tengah memegang handphone keluaran terbaru. Lestari menoleh begitu juga dengan Arimbi.

"Iya! Itu hp gue! Lo maling ya?!" tuduh Aurel membuat Lestari mengernyit.

"Gue? Maling hp lo? Yang bener aja. Gue juga nggak tau, tiba-tiba loker gue kebuka terus ada hp lo di situ!" balas Lestari tak terima.

"Nggak usah bohong lo! Selain pembully lo juga maling! Nggak tau diri!" Aurel melayangkan tatapan tajam ke arah Lestari.

"Kamu apaan sih Aurel?! Lestari nggak ada ambil hp kamu! Nggak usah main tuduh kayak gitu!" Arimbi menyela ucapan Aurel dan berdiri di hadapannya.

Lentera Laskar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang