26 ÷ Lemon Tea

170 46 0
                                    

Mentari sudah bersembunyi karena malu dilirik Laskar. Bercanda.

Matahari mulai terbenam, hal itu membuat Lestari yang duduk di pelataran rumah Laskar mencebikkan bibir lumayan keras. Dengan begitu, berarti dia harus pulang. Sesekali Lestari merengut sampai mulutnya ditarik Laskar dan membuat perempuan itu marah-marah.

"Nggak mau pulang, Laskar," kata Lestari pelan dengan nada sedih yang dibuat-buat. Tapi, dalam hati dia beneran sedih kok.

"Aku anterin."

"Yaudah, yuk."

Sampai di rumah bertingkat tiga itu Lestari berpas-pasan dengan Dinar dan seorang lelaki. Laskar sempat menatap lelaki itu yang merupakan pacar Dinar. Tentu saja Bukan Dinata. Lestari sudah tau, dia juga sudah cerita pada Laskar. Namun, baru kali ini Laskar melihat dengan mata kepalanya sendiri. Dinar memang tidak sebaik yang dikira orang.

Melihat ada Laskar. Dinar gelagapan dan menyuruh Rey untuk segera pergi.

"Kenapa kamu nyuruh aku cepet-cepet pulang?" tanya Rey membuat Lestari dan Laskar berpandangan. Mereka berdua masih berdiri di sana sambil menyaksikan Dinar dan Rey.

"Udah sana cepet!"

"Woi lo!" panggil Lestari pada Rey. Dinar mendorong Rey untuk segera pulang.

"Dia manggil aku nggak sopan loh. Aku harus ngomong sama dia."

"Pergi sekarang Rey!" teriak Dinar dan akhirnya lelaki itu menyalakan mesin motor.

"LO ITU SELINGKUHAN BEGO! YA GATAU SIH! TAPI DINAR PUNYA COWOK LAIN SELAIN LO! NAMANYA DINATA!" teriak Lestari saat motor Rey mulai menjauh dari rumah. Lestari harap Rey mendengarnya.

Dinar berjalan mendekat ke arah Lestari dengan tatapan penuh amarah. Tanpa diduga dia melayangkan tamparan pada gadis itu.

"Gila ya lo anjir!"

Lestari memegangi pipinya kemudian tertawa. Laskar berdiri di hadapan Dinar, "Maksud lo apa?!" bentak Laskar di depan rumah bertingkat tiga dengan suara gemuruh petir yang seakan mendukung kemarahan Laskar.

"Muka dua ya lo ternyata. Munafik!"

"Heh cowok miskin! Gue nggak ada masalah sama lo! Gue nggak mau berurusan sama lo! Lo nggak usah sok bela dia!" balas Dinar membuat Laskar benar-benar tidak menyangka. Dinar selalu menunjukkan sisi dirinya yang lain di sekolah. Ya, walaupun Lestari sudah bilang, bahwa Dinar itu muka dua. Namun, Laskar tetap terkejut saat Dinar berani menampar Lestari dan mengata-ngatai dirinya. Sementara saat di sekolah Dinar selalu berusaha menjadi korban yang lemah dan tak berdaya.

Lestari tertawa, "Kamu lihat kan, Kar? Harusnya tadi aku foto aja, terus aku kirim ke Dinata. Tapi, aku nggak sejahat itu. Harusnya lo bersyukur!" Lestari mulai tersulut emosi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya Dinata jika tau.

"Dinata itu sayang sama lo!" Lestari menunjuk wajah Dinar dengan mata berkaca.

"Dan lo malah punya cowok lain. Akhlak lo di mana?! Lo sama Mak lo emang cewek nggak bener!"

Laskar memegang tangan Lestari yang bergetar.

"Lo nggak pernah tau rasanya jadi gue! Lo udah dapetin apa yang lo mau! Setidaknya lo hargai perasaan Dinata! Lo hargai kasih sayang yang Dinata kasih ke lo! Bukannya lo malah jalan sama cowok lain!" Lestari menghapus air mata di pipinya. Dinar masih menatap gadis itu dengan tajam.

"Siapa lo berhak nyuruh-nyuruh gue? Lo nggak berhak ngelakuin itu."

"Lo juga nggak berhak ambil semua yang gue punya bangsat! Lo udah ambil semua kebahagiaan gue! Lo emang nggak tau caranya bersyukur!" teriakan Lestari sukses membuat satpam rumah dan Mamanya Dinar keluar. Melihat Mamanya ada di sana. Dinar memeluk Mamanya dan mulai memanipulasi keadaan.

Lentera Laskar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang