Dinata
Bunda minta lo buat
ke rumahGue? Kenapa?
Dinata
Bisa langsung dateng aja?Iya, sebentar
Habis dari rumah Laskar yang baru saja lelaki itu pulang dari rumah sakit. Lestari langsung pergi ke rumah Dinata. Rumah yang sudah lama tak pernah Lestari kunjungi. Rumah yang di mana selalu menyuguhi Lestari semur ayam paling enak yang pernah ia coba. Rumah itu, bagaimana kabarnya?
Kini Lestari berdiri di depan pagar cokelat rumah Dinata. Masih sama, hanya saja cat rumah Dinata yang krem sudah menjadi biru. Lestari tersenyum saat sekelebat ingatan bahagia makan rujak bersama di pelataran rumah Dinata berputar dalam kepalanya tiba-tiba.
Dinata keluar dan membukakan pintu pagar untuk Lestari.
"Masuk, Bunda nunggu di dalem," kata Dinata.
Lestari mengangguk. Ia melangkahkan kaki masuk.
"Tolong kerjasamanya. Buat suasana kalau kita baik-baik aja," tutur Dinata. Lestari lagi-lagi mengiyakan dengan anggukan. Baik-baik saja katanya. Baiklah, Lestari akan melakukannya. Ia sudah terbiasa terlihat baik-baik saja.
"Tari, Bunda kangen loh," ucap Bundanya Dinata sambil menghampiri Lestari dan memeluknya. Saat SMP, Lestari sering berkunjung ke rumah Dinata untuk mengerjakan tugas bersama, kadang Angel sahabat mereka juga datang. Bunda sangat senang dengan kehadiran Lestari. Ia tak punya anak perempuan, dan Dinata adalah anak satu-satunya, maka dari itu dengan kehadiran Lestari bisa mengobati keinginan Bunda untuk memiliki anak perempuan.
"Udah lama kamu nggak ke rumah Bunda. Ke mana aja sih? Banyak tugas ya? Dinata tuh juga malah nggak bawa kamu ke sini, malah bawa temennya yang satunya yang namanya Dinar. Padahal kan Bunda kangennya sama kamu. Terakhir Bunda ke rumah kamu, kamunya nggak ada di rumah terus. Mama kamu gimana? Sehat?" tanya Bunda membuat Lestari menggigit bibirnya. Ya, Bunda tidak tau kondisi Mama.
"Y-ya, semuanya sehat," balas Lestari dengan senyuman. Dinata tau Lestari berbohong. Dan Dinata memilih diam.
"Ayo masuk. Bunda udah buat semur ayam loh, ada banyak makanan juga di dalam. Kamu pasti belum makan siang kan?" tanya Bunda.
"Iya."
Lestari melirik Dinata sekilas, setelah itu ia melewati Dinata dan mengikuti Bunda masuk ke dalam rumah.
"Gimana sekolah kamu?" tanya Bunda yang sudah duduk di hadapan Lestari.
"Diambil makanannya, makan yang banyak ya. Bunda bikin ini khusus buat kamu," kata Bunda membuat dada Lestari sedikit berdesir sakit.
"Kamu ngapain berdiri di situ. Ikut makan sini," suruh Bunda pada Dinata.
Bagaimana? Bagaimana Lestari bisa makan dengan kepura-puraan ini? Bagaimana ia bisa makan dengan menahan rasa sesak di dalam hatinya?
Mereka mulai makan. Dan hanya Bunda yang bercerita banyak. Lestari dan Dinata menjadi pendengar untuk Bunda. Ini terasa kaku sekali. Tidak seperti dulu saat Lestari mampu mengimbangi obrolan Bundanya Dinata. Semua sudah berbeda.
"Gimana enak?"
"Enak banget," puji Lestari dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Laskar ✓
Teen Fiction[END] Ini tentang Lentera, Laskar, dan Lestari. Tentang kebahagiaan yang diinginkan dan kebahagiaan yang dirindukan. Pun tentang lentera yang diidam-idamkan. Siapakah sosok lentera sesungguhnya? *** "Laskar gue iri sama lo." "Kenapa iri? Apa yang pa...