Hari ini adalah hari terakhir PAS. Lestari sudah menyelesaikannya dengan jawaban yang sungguh-sungguh ia pikirkan. Tidak ada yang mengarang sama seperti ulangan-ulangan sebelumnya. Lestari tidak pernah main-main mengenai ulangan.
Selama hampir seminggu ini pun Lestari jarang bertemu Laskar. Setiap Lestari kirim pesan, Laskar selalu menjawab bahwa ia sedang bekerja. Rasanya Lestari mau memarahi bosnya Laskar. Masa ia disuruh kerja terus menerus. Dikira Laskar pekerja rodi atau bagaimana?
Tiba-tiba netranya menangkap sosok Laskar yang berjalan cepat ke arah parkiran motor.
"Kar! Ih tungguin!" seru Lestari sambil mengejar lelaki itu. Laskar berhenti dan berbalik badan menatap Lestari kemudian ia tersenyum.
"Buru-buru banget mau ke mana sih? Kayak dikejar tantrib. Mau bareng. Kemarin udah nggak bareng," omel Lestari.
"Boleh," balas Laskar.
"Kamu langsung kerja habis ini?" tanya Lestari dan dapat anggukan dari lelaki itu.
"Kerja mulu. Ulanganmu gimana?"
"Aman."
"Yaudah, ayo. Tapi sebelumnya anterin aku ke toko buku ya. Kata Arimbi kemarin ada novel bagus yang baru keluar. Nggak keberatan kan? Uang bensin aku yang tanggung deh."
"Boleh, mau makan dulu?" tanya Laskar.
Lestari menggeleng, "Enggak. Langsung aja ke sana. Keburu kamu nanti telat berangkat kerja."
Lestari naik ke jok belakang motor Laskar. Laskar mengendarai motornya seperti biasa. Namun kali ini ia tidak banyak bicara. Lelaki itu banyak diam, tapi masih menyahut jika diajak berbicara. Apa Laskar sakit?
"Kamu sakit? Kok diem aja?"
Laskar menggeleng tegas.
"Ngantuk?"
"Enggak, emang lagi puasa ngomong aja," balas Laskar membuat Lestari mendecih, "Bergaya banget lo puasa bicara. Limbad mas?"
"Bisa jadi," balas Laskar.
"Pegangan, Tari. Takut mental," kata Laskar sambil menarik tangan Lestari agar berpegangan padanya.
"Aku nggak seenteng itu kali. Nggak mungkin juga sampai mental."
"Soalnya aku mau ngebut. Keburu hujan. Kayaknya ada yang manggil Rara si pawang hujan nih," ucap Laskar random membuat Lestari menyipitkan matanya.
"Mabok genjer lu?" tanya Lestari.
"Mabok Milo," balas Laskar.
"Emang tadi habis minum Milo?"
"Cuma teh cincau aja di kantin," balas Laskar lagi-lagi membuat Lestari semakin mengernyit.
"Pantes mabok," gumam Lestari.
Sampai di toko buku, mereka parkir dulu lalu turun. Lestari langsung berjalan ke lantai dua di mana banyak buku serta beberapa buku novel yang rasanya mau Lestari borong semua. Tapi kalau diborong pasti berujung tidak Lestari baca. Banyak buku novel yang masih tersegel plastik di rak bukunya.
Lestari mulai berjalan mencari buku yang ia inginkan. Tak butuh waktu lama, Lestari langsung menemukan buku novel itu. Buku novel yang sedang viral. Kata Arimbi bagus banget walau sad ending.
Setelah itu ia mencari Laskar. Lelaki itu ternyata sedang berada di bagian buku fisika sambil membaca-baca buku yang sudah terbuka segelnya.
"Wih mau nyaingin Albert Einstein?" tanya Lestari.
"Enggak, ini bagus aja covernya."
"Mau beli?" tanya Lestari. Laskar menggeleng.
"Kayaknya di luar hujan deh," cicit Lestari sambil melihat ke arah jendela. Gadis itu berjalan menuju kasir dan membayar buku yang ia ambil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Laskar ✓
Teen Fiction[END] Ini tentang Lentera, Laskar, dan Lestari. Tentang kebahagiaan yang diinginkan dan kebahagiaan yang dirindukan. Pun tentang lentera yang diidam-idamkan. Siapakah sosok lentera sesungguhnya? *** "Laskar gue iri sama lo." "Kenapa iri? Apa yang pa...