Double!
Dulu kita pernah sedekat upil dengan hidung. Namun, sekarang kita sejauh upil yang nyangkut di celana orang. - Lestari
"Kaki lo kenapa?" tanya Ojan saat melihat sahabatnya berjalan pincang. Pagi ini kaki Laskar terlihat sedikit bengkak pada pergelangan kaki kanan.
"Nggak papa, jatoh aja."
"Dari motor?" tebak Ojan dan dapat anggukan dari lelaki itu.
"Dor!" Lestari datang dan nyempil di antara Ojan dengan Laskar yang sedang duduk di depan kelas mereka.
"Bosen deh gue liat lo. Mata gue berasa kesirep, kayak hampir sawan," ucap Ojan membuat Lestari merengut.
"Yaudah si. Hidup kan tidak berjalan sesuai dengan apa yang lo mau!" Lestari melotot ke arah Ojan. Mereka kalau disatukan tak pernah akur, namun kalau tidak ketemu saling kangen. Heran, berasa love-hate relationship.
"Opini kamu punya kredibilitas apa untuk saya dengarkan? Apakah setelah kamu mengatakan hal itu saya langsung bertaubat? Oh tentu saja tidak kawan," kata Ojan membuat Lestari menjambak rambut lelaki itu hingga kepalanya teleng.
"Bilang sekali lagi! Kita bertempur sampai mati!" geram gadis itu sambil menatap Ojan dengan nyalang. Hal itu membuat Laskar berdiri dan menengahi. Laskar menyuruh Lestari geser, kemudian ia duduk di antara Ojan dan Lestari agar tidak terjadi pertikaian secara lanjut.
"Lo jadi cewek ngeselin banget. Gue heran banget banget banget!"
"Alay lu banci!" balas Lestari tak terima.
"Banci pala lo! Lakik!" Ojan berdiri sambil menunjukkan otot lengannya.
"Halah, kalah gede otot lu sama Laskar," kata Lestari membuat Laskar pusing.
"Yaudah si, berisik amat jadi cewek."
"Gue balikin fakta aja. Berisik banget jadi cowok! Semoga Dewi nggak sawan aja pacaran sama lo! Orang lo nya aja akhlaknya jelek gitu." Lestari memutar bola mata malas.
"Yang penting perasaan gue kebales. Lo gimana? Nggak dibales Dinata kan? Mampus rasain lo! Emang pantes Dinata sama Dinar aj- aduh bego!"
Lestari kembali menjambak rambut Ojan secara brutal. Hingga Laskar tak bisa berbuat apa-apa lagi selain istigfar dan sabar.
Tak mau kalah, Ojan gantian menjambak kuciran rambut panjang Lestari hingga kedua rambut mereka acak-acakan. Belum habis acara jambak-jambakan, Ojan menoyor jidat Lestari membuat Lestari tak terima. Kemudian ia memiting leher cowok itu menggunakan lengan.
"Udah, Ya Allah. Tar, anak orang itu!" Laskar menarik tangan Lestari saat pitingan di leher Ojan membuat wajahnya memerah.
"Uhuk! Gila lo ya!"
"Abis lo rese sama gue!" Sembur Lestari membuat Ojan menjulurkan lidah ke arah gadis itu.
"Mau gue tendang titit lu juga apa gimana?" ancam Lestari ngeri.
"Udah Lestari!" Laskar memperingatkan. Bisa sampai lebaran kuda pertikaian mereka kalau tidak segera dilerai.
"Halo bestie! Kok nggak pada pulang?" tanya Aziel. Kebetulan dia lewat lapangan belakang untuk menuju ke motornya yang ada di parkiran belakang. Seperti biasa dengan satu kotak susu ultramama rasa strawberry yang ada gambar singanya.
"Tau nih! Gue lagi ngobrol sama Laskar. Beruk satu ini dateng ganggu aja."
"Apa lo bilang? Beruk?!"
"Udah Lestari...." Laskar menahan bahu Lestari yang seakan siap menghantam Ojan dengan sepatu pantofelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Laskar ✓
Teen Fiction[END] Ini tentang Lentera, Laskar, dan Lestari. Tentang kebahagiaan yang diinginkan dan kebahagiaan yang dirindukan. Pun tentang lentera yang diidam-idamkan. Siapakah sosok lentera sesungguhnya? *** "Laskar gue iri sama lo." "Kenapa iri? Apa yang pa...