"Seneng Kar kerja di sini?" pertanyaan Liora membuat Laskar mengangguk, "Banget. Makasih, ya. Berkat lo, gue jadi punya kerjaan. Gue hutang budi sama lo, Ra."
Liora menyenggol lengan Laskar, "Halah, santai aja kali. Kita kan udah temenan juga. Nggak ada hutang budi hutang budi. Budi nggak lagi ngutang di gue soalnya," kata Liora membuat Laskar tertawa. Kocak juga ini cewek.
"Duduk sini dulu," kata Mas Bian sambil memberika kursi pada Liora.
"Makasih loh mas. Padahal lebih suka berdiri, tapi karena diambilin masnya jadi istimewa deh," kata Liora membuat Mas Bian terkekeh.
"Sekolah lo gimana? Lancar?" tanya Liora basa-basi. Dia habis pulang dari sekolah langsung ke supermarket. Jangan bilang pada siapapun kalau Liora bolos bimbel hari ini.
"Alhamdulillah, gitu-gitu aja."
"Tapi, keren loh. Lo bisa masuk SMA Gutama yang muridnya rata-rata otak brainly. Dua bulan lalu SMA itu habis menangin olimpiade matematika bergengsi kan? Keren sih, yang menangin otaknya encer banget kayak larutan cap kaki badak," ujar gadis itu membuat Laskar tersenyum.
Ia senang sekali Lestari dipuji oleh Liora. Ya, yang memenangkan olimpiade itu adalah Sri Rahayu Anindita Lestari. Di mana ia menjadi perwakilan sekolah bersama dengan Nia, anak kelas XI MIPA 1.
"Berarti lo pinter, Kar," lanjut Liora.
"Engga. Gue masuk kelas MIPA 3, yang di mana muridnya nggak seambis MIPA 1 dan 2."
"Lah masih jaman beda-beda in gitu?" tanya Liora.
"Ya, gitu."
Mau dibilang pinter, juga nggak cocok. Di bilang bego, juga nggak banget. Kepintaran Laskar hanya sebatas rata-rata KKM naik sedikit. Mau belajar pun matanya langsung capek baca cover buku.
Liora menatap lamat-lamat wajah Laskar. Wajah-wajah cowok baik. Mana ganteng, jadi deg-degan deh. Kalau dibanding sama Ryan mah jauh. Liora juga heran, kenapa dia bisa nangisin cowok jamet kayak Ryan. Mana sekarang dia juga masih belum move on. Sesulit itu, padahal Ryan udah berulang kali nyakitin dia.
"Gue di sini dulu agak lama nggak masalah kan? Gue lagi kabur bimbel soalnya," kata Liora.
"Kenapa kabur?"
"Capek. Tadi habis praktek juga buat jembatan, tapi miniatur aja sih. Gue juga heran. Gue kan SMK pembangunan, kenapa gue bimbel pelajaran SMA sih?"
"Keinginan lo atau?" tanya Laskar membuat Liora menghela napas, "Mama gue sih. Dia yang masukin gue ke bimbel itu yang kebetulan punya temennya. Katanya nanti kalau misal mau kuliah pas ujian sbm punya bekal."
"Bagus dong berarti. Kan biasanya sbm juga ambil dari materi SMA. Lo sekolah berapa tahun? Biasanya kalo SMK kadang empat atau?"
"Gue empat. Dan gue juga pengen kuliah sih. Tapi, masih ragu. Tahun besok berarti lo bakalan lulus ya," ucap Liora mendapat anggukan dari Laskar.
"Iya, kalo lo empat tahun itu sistemnya gimana?"
"Tiga tahun full sekolah. Buat tahun keempat, gue magang. Magang delapan bulan. Gue berharap sih magang di luar kota. Bosen kalau di sini mah," balas Liora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Laskar ✓
Teen Fiction[END] Ini tentang Lentera, Laskar, dan Lestari. Tentang kebahagiaan yang diinginkan dan kebahagiaan yang dirindukan. Pun tentang lentera yang diidam-idamkan. Siapakah sosok lentera sesungguhnya? *** "Laskar gue iri sama lo." "Kenapa iri? Apa yang pa...