"Udah semuanya kan ini?"Laskar mengangguk.
Gadis itu memasukkan semua dokumen persyaratan untuk Laskar kerja seperti ijazah dan lain - lain.
Mereka malam ini bertemu di sebuah taman yang lumayan ramai dengan banyak penjual makanan. Keduanya duduk di salah satu kursi panjang. Bahkan Liora masih dengan seragam sekolahnya. Ia tak sempat pulang, habis sekolah langsung ke tempat les.
"Kapan gue bisa kerja?" tanya Laskar.
"Secepatnya. Mungkin lusa, nanti gue kabarin lagi."
"Makasih."
"Ya selaw. Mau langsung pulang atau?"
"Terserah lo aja," balas Laskar dengan senyum tipisnya. Sengaja, karena senyum lebarnya hanya ia tunjukkan pada Tuhan, bapak, dan Lestari.
"Gue mau keliling aja sambil lihat - lihat makanan, ini juga ada pasar malem. Temenin gue mau nggak?" tanya Liora. Laskar sempat diam beberapa detik, kemudian mengangguk dan berjalan di sebelah Liora.
"Nggak ada yang marah kan?"
"Siapa yang marah? Cowok gue? Enggak. Gue habis putus tadi. Dia toxic banget, gue males."
Penuh dengan nada penekanan di setiap kata yang Liora ucapkan. Menegaskan bahwa Liora tak ingin membahas mantan pacarnya. Suasana hatinya menjadi buruk.
"Lagian udah kelas dua belas. Mau fokus ngejar nilai yang belum sesuai keinginan. Kalo lo gimana? Kemarin itu sahabat lo ya? Lestari."
Laskar menoleh, "Iya."
"Easy going. Pasti banyak temennya."
"Nggak juga."
"Kenapa?"
"Nggak kenapa kenapa," tukasnya.
Laskar ingin menjaga privasi Lestari. Ia belum mendapat izin dari gadis itu, tak seharusnya Laskar menceritakan pada Liora yang notabene adalah teman baru.
Beberapa menit mereka gunakan untuk jalan - jalan saja. Semua penjual makanan terlihat ramai pembeli, Liora malas antre. Dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk masuk ke pasar malam.
Laskar melihat sekeliling. Ia jadi teringat Lestari. Gadis itu pasti suka jika diajak ke tempat seperti ini. Laskar sudah membayangkan bagaimana rusuhnya Lestari hendak menaiki permainan yang ada di pasar malam tersebut. Pasti malam ini akan terasa sangat bahagia.
"Pasar malem ini sampai kapan kita - kira?" tanya Laskar.
"Kayaknya terakhir hari ini. Besok udah nggak ada. Ada lagi bulan depan. Kenapa?"
Laskar menggeleng, "Enggak, tanya aja."
Liora benar - benar canggung berjalan di sebelah Laskar. Lelaki itu banyak diam. Ragu sekali jika Liora hendak mengajaknya berbicara. Gadis berambut panjang itu harus menyusun kata - kata dalam hati agar tidak salah ucap dan membuat Laskar tersinggung. Padahal Laskar juga tidak suka dengan keheningan ini, lelaki itu sama seperti Liora yang takut salah ucap.
"Kayaknya bingung nih gue mau ngapain di sini," kata Liora diikuti dengan kekehan.
"Bikin capek ya gue ajak lo cuma jalan - jalan aja."
"Nggak masalah."
"Gimana? Mau pulang aja atau?"
"Gue ngikut lo aja. Sekalian gue anterin lo pulang, lo mau?"
Liora mengerutkan dagu, "Nggak ngerepotin lo kan?"
"Enggak, justru itu buat tanda terima kasih. Ya walaupun nggak besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Laskar ✓
Teen Fiction[END] Ini tentang Lentera, Laskar, dan Lestari. Tentang kebahagiaan yang diinginkan dan kebahagiaan yang dirindukan. Pun tentang lentera yang diidam-idamkan. Siapakah sosok lentera sesungguhnya? *** "Laskar gue iri sama lo." "Kenapa iri? Apa yang pa...