17 ÷ Kar, Maafin Bapak Ya

157 41 1
                                    


Di dalam toilet, Lestari berkaca cukup lama. Hingga pesan dari Papa muncul di notifikasi. Pria itu mengajak putrinya pulang. Segera Lestari keluar dari toilet dan menemui sang Papa.

Di dalam mobil pun hanya hening. Biasanya juga begitu. Tidak ada yang berbicara mau itu ayah atau anak. Bukan canggung, tapi memang malas saja berbicara.

Tiba-tiba.

Brak!

Tin!

"Papa! Kenapa Papa tabrak motor itu? Papa udah gila?!" seru Lestari saat motor dan pengendaranya jatuh di depan mobil milik Papa.

Mobil Papa mundur dan hendak kabur. Namun, Lestari malah memilih keluar, kemudian menolong pengendara tersebut.

"Lestari! Jangan keluar! Heh! Bocah gila!" Narendra terpaksa ikut turun dan menolong.

"Laskar! Ya ampun, Laskar!" pekik Lestari saat melihat orang yang di tabrak Papa adalah Laskar. Laskar terlihat terluka di bagian siku. Lestari dan Papa membawa Laskar ke pinggir.

"Maafkan saya, saya akan bertanggung jawab atas semuanya," ucap Papa

"Kalau nyetir makannya hati-hati pak! Untung mau tanggung jawab!" seru bapak-bapak yang membantu menyingkirkan motor Laskar.

"Kar, lo nggak papa kan? Mana aja yang sakit?" tanya Lestari saat melihat Laskar masih ngeblank.

"E-enggak, nggak kenapa-napa. Gue pulang aja. Pak, saya pulang aja."

"Tapi, motor kamu lampu depannya pecah loh, spionnya juga lepas," ucap bapak-bapak.

"Enggak, gapapa pak. Maaf, tadi seharusnya saya yang lebih berhati-hati," balas Laskar.

"Udah, kamu ikut ke mobil saya. Kita ke rumah sakit," ajak Narendra dan dapat anggukan dari Lestari.

Laskar menggeleng, "E-engga usah pak."

"Udah nurut aja kenapa sih?! Nyebelin deh," desis Lestari. Mereka membawa Laskar ke dalam mobil. Laskar berjalan pincang, karena kakinya ketindihan motor. Sementara motornya nanti bisa diurus.

Sampai di rumah sakit, Laskar segera mendapat pertolongan. Untung kakinya hanya terkilir dan mendapat beberapa luka di lengan. Papa menunggu di luar ruangan dengan melipat tangan di dada.

"Maafin, Papa ya, Kar," kata Lestari.

"Enggak apa apa Lestari. Harusnya gue yang lihat-lihat."

"Maafkan saya sekali lagi." Narendra masuk dan menatap wajah anak itu cukup lama.

"Bapak nggak perlu minta maaf. Saya sudah tidak apa-apa. Maaf merepotkan."

"Ya sudah, saya pulang dulu. Buat kamu, terserah. Mau ikut pulang papa, atau naik apa," ucap Narendra ketus dan sekarang ia keluar dari ruangan.

Lestari berlari mengejar papanya.

"Papa!"

Pria itu berhenti dan membalikkan tubuh.

"Makasih udah tanggung jawab ke Laskar. Aku cuma mau bilang itu. Nanti aku pulang sendiri, Papa pulang duluan aja."

Narendra pergi dari hadapan anak perempuannya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Walaupun Narendra sering memarahinya, tapi Lestari yakin papanya masih memiliki belas kasihan, ya belas kasihan pada orang, bukan pada dirinya dan Mama.

Lestari kembali ke dalam ruangan periksa. Laskar meminta untuk pulang saja, takut Bapak menunggu. Kini mereka duduk di kursi taman rumah sakit sambil menunggu jemputan taksi online.

Lentera Laskar ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang