Polisi menggerebek apartemen Lina dan menangkap wanita itu atas kasus percobaan pembunuhan.
Kecelakaan mobil Ayu beberapa tahun silam adalah rencana Lina. Terbukti dari sebuah CCTV Lina sengaja merusak beberapa kabel mesin mobil Ayu yang sedang terparkir di parkiran perusahaan.
"Apa ini? Kenapa saya ditangkap?" tanya Lina.
"Dinar! Tolongin Mama!" Teriak Lina pada Dinar yang hanya berdiri dengan wajah datar. Gadis itu keguguran dan kini hidupnya berantakan.
"Ayo ikut ke kantor polisi!" Polisi membawa Lina dan meninggalkan Dinar sendirian di apartemen. Dengan perlahan Dinar menutup pintu apartemen. Ia terduduk di balik pintu. Menatap setiap inci apartemen hari ini. Kepergian Laskar sudah sampai di telinganya.
Ia benar-benar tidak mengeluarkan ekspresi apapun setelah mendengar kabar itu. Lebih tepatnya Dinar tidak terlalu peduli apa yang terjadi pada mereka. Pikirannya kini sedang berfokus pada dirinya sendiri yang entah akan bagaimana ke depannya setelah Papa dan Mamanya ditangkap karena melakukan tindak kejahatan.
Bel apartemen berbunyi. Dinar mendongak dan berdiri, kemudian ia membuka pintu apartemen. Menunjukkan seorang laki-laki tuna netra yang memberikan bingkisan makanan untuk Dinar. Laki-laki itu sudah lama tinggal di apartemen sebelah. Dan dia yang menolong Dinar saat Dinar pingsan di dalam kamar mandi.
"Buat kamu. Kamu belum makan?" tanyanya.
Dinar hanya menunjukkan ekspresi datar, karena percuma saja jika ia tersenyum. Lelaki itu tidak akan bisa melihatnya.
Dinar menerima pemberian lelaki tuna netra itu dan mengucapkan terima kasih. Setelahnya ia masuk ke dalam dan meletakkan makanan di atas meja begitu saja. Tidak ia buka dan sentuh sama sekali. Gila saja dia bisa makan dengan kondisi seperti ini.
*****
Keesokan harinya di rumah Bapak.
Ayu memilih untuk tidak menuntut Bapak. Setelah mendengar cerita Bapak, Ayu yang malah seharusnya meminta maaf. Sebenarnya, Ayu sangat marah bahkan ia kecewa dengan apa yang dilakukan pria tua di hadapannya kini. Namun, dengan penuh kasih sayang Bapak mengurus Laskar. Dan semuanya juga sudah terjadi. Ayu membebaskan Bapak dari semua tuntutan dan meminta Bapak untuk mengikhlaskan Laskar serta hidup lebih baik. Bapak pernah berkata, yang pergi biarlah pergi.
"Seharusnya Bu Ayu tidak memperlakukan saya seperti ini. Seharusnya Bu Ayu memenjarakan saya saja."
Ayu menggeleng, "Bapak sudah memberikan banyak kasih sayang pada anak saya, yang mungkin saja belum bisa saya berikan untuknya. Bapak bekerja banting tulang untuk menafkahinya. Itu lebih dari cukup membuat saya mengerti, bahwa Bapak bukan orang jahat."
"Tapi, apakah saya boleh tau?"
Bapak menatap wajah Ayu.
"Di mana anak saya yang satunya?" pertanyaan Ayu membuat Bapak terdiam. Sungguh Bapak tidak tau.
Beberapa waktu lalu Bapak bertemu dengan Alka setelah Alka menanyakan semuanya pada Bapak. Setelah itu ia pergi entah ke mana.
"Saya bertemu dengannya beberapa waktu lalu. Tapi entah sekarang dia ada di mana. Anak itu diadopsi oleh keluarga kaya raya di Jakarta. Dia bilang sendiri pada saya. Mungkin ia sudah kembali ke Jakarta, saya tidak tau pasti Bu Ayu. Tapi Bu Ayu bisa mencari dia," balas Bapak.
Ayu menunduk dan menarik kedua sudut bibirnya yang terasa berat.
"Namanya Alka. Kalau tidak salah rumahnya ada di salah satu perumahaan Pondok Indah Jakarta. Kalau untuk alamat lengkap, saya tidak tau. Dia tidak mengatakan apapun lagi," jelas Bapak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Laskar ✓
Teen Fiction[END] Ini tentang Lentera, Laskar, dan Lestari. Tentang kebahagiaan yang diinginkan dan kebahagiaan yang dirindukan. Pun tentang lentera yang diidam-idamkan. Siapakah sosok lentera sesungguhnya? *** "Laskar gue iri sama lo." "Kenapa iri? Apa yang pa...