Akhirnya book ini mencapai kepala 2😭 semoga bisa sampai end beneran, Aamiin.
***
"Aku takut kalau ada yang tau," bisik Dinar pelan kepada lelaki di hadapannya.
"Kamu sayang sama aku kan? Kalau iya ayo lakuin ini," kata lelaki itu.
"Tapi, enggak di sini juga, Rey." Dinar menghela napas. Keinginan Reyhan membuatnya gila. Kemarin malam kan sudah Dinar turuti saat di club malam. Apa hari ini harus lagi? Di belakang ruang kesenian? Reyhan sudah gila sepertinya.
"Kamu udah nggak sayang aku berarti?"
"Bukan gitu, Rey. Nanti kalau ada yang lihat gimana? Bisa jadi masalah."
"Aku jauh-jauh bolos dari sekolah naik pager belakang ke sekolah kamu loh, Din. Kamu malah kayak gini sama aku." Lelaki bernama Reyhan itu menatap Dinar tajam. Reyhan cabut dari sekolah naik pagar belakang sekolahnya untuk sampai di SMA Gutama. Kemudian saat sudah sampai SMA Gutama, ia masuk melalui pintu belakang ruang kesenian yang sudah lapuk.
"Tapi, enggak di sini juga, Reyhan. Astaga."
Dinar mengusap wajahnya. Kemudian ia mengangguk. Dan setelahnya mereka melakukan hal yang tak sepatutnya dilakukan oleh remaja diusianya. Berhubungan di belakang ruang kesenian sekolah adalah hal yang paling gila. Mereka sudah tidak waras karena termakan hawa nafsu.
Di sisi lain tidur Lestari terusik. Karena suara desahan dan suara kayu patah di belakang ruang kesenian.
"Ah, Rey..."
"Anjir apaan tuh?!" Lestari langsung berdiri dan mencari sumber suara.
Reyhan membekap mulut Dinar. Dinar melebarkan mata saat mendengar suara di dekat mereka.
Langkah kaki yang mendekat. Dia adalah Lestari. Lestari yang takut serta penasaran karena suara krusak-krusuk tersebut."Siapa di situ?" Dengan langkah perlahan Lestari kembali mendekat. Bulu kuduknya semakin merinding ketika ia tiba-tiba teringat suara sepatu hak tadi malam. Jangan-jangan itu Kunti atau Noni Belanda atau apalah yang mengikutinya sampai sekolah?
Sudah berpikiran negatif, di situ lah Lestari lari sprint ke lantai tiga untuk kembali ke kelas.
***
"Tapi masa sih setan bunyinya ah ah gitu? Setan apaan anjir?" Lestari bergumam pada dirinya sendiri di sepanjang koridor sekolah saat jam istirahat kedua. Suara aneh di jam istirahat pertama masih membuatnya penasaran.
"Eh, Tari. Sendirian aja." Bumi berjalan di sebelah Lestari sembari membawa tumpukan buku tulis Biologi. Ia habis dari kantor guru. Kebetulan bertemu Lestari yang terlihat gila karena bicara sendiri.
"Enggak, ini khodamnya," balas Lestari.
"Kenapa? Kok ngomong sendiri? Jangan-jangan lo indibego?" tanya Bumi dan mendapat sinisan dari Lestari. Boro-boro indibego-eh indigo. Dengar suara klutak-klutak saja kabur dan kepikirannya sampai sekarang. Bayangkan kalau bisa melihat makhluk halus, bisa demam seminggu dia.
"Lagi pengen aja. Soalnya seru ngomong sendiri. Lo nggak bisa kan ngomong sendiri? Ah nggak keren lo," katanya membuat Bumi terkekeh.
"Udah ah gue duluan. Sebentar lagi mau adzan. Mau ke mushola," ucap Bumi yang berjalan terlebih dahulu ke kelas.
Jam kedua istirahat biasanya digunakan murid untuk melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah dan makan siang. Biasanya sholat Dzuhur dilakukan oleh murid laki-laki dan guru laki-laki terlebih dahulu secara berjamaah. Kemudian bergantian dengan murid dan guru perempuan. Musholanya tidak cukup soalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Laskar ✓
Teen Fiction[END] Ini tentang Lentera, Laskar, dan Lestari. Tentang kebahagiaan yang diinginkan dan kebahagiaan yang dirindukan. Pun tentang lentera yang diidam-idamkan. Siapakah sosok lentera sesungguhnya? *** "Laskar gue iri sama lo." "Kenapa iri? Apa yang pa...