25. Rumit

44 2 0
                                    

happy reading gais!<3

•••

Pagi-pagi sekali Bagus ayah Bara sudah teriak-teriak memanggil Bara. Wajah nya terlihat murka. Sementara Bara yang masih berlelap dalam mimpi indah nya di kasur.

Mona cepat-cepat naik ke atas untuk membangunkan Bara karena tidak enak jika Bagus terus-menerus memanggil Bara yang tidak ada respon sama sekali.

Mona membangunkan Bara yang masih berada di dalam selimut. Bara pulang dini hari dan pasti sangat susah untuk di bangunkan.

"Bara, Nak. Ayo bangun! Ayah nunggu kamu di bawah." ucap Mona dengan nada yang sangat lembut.

"Masih malem, Bun. Berisik banget." gumam Bara.

"Sudah pagi, Nak. Ayo bangun! Entar kamu kesiangan sekolah nya."

"Iya, Bunda. Sebentar lagi Bara masih ngantuk."

"Pasti malem pulang nya kemaleman kan? Ayahmu marah melihat berita balapan liar."

"Iya, Bunda. Itu udah pasti." ucap Bara masih setengah sadar.

"Yaudah, cepat bangun. Nanti sekolah mu terlambat. Bunda tunggu di bawah."

"Iya."

Tak lama kemudian Bara turun ke bawah. Wajah nya sudah fresh kembali. Tidak ada semangat sekolah, tapi ia harus sekolah. Bagus sudah menatap nya dengan amat serius di meja makan.

"Duduk kamu!" seru Bagus.

"Semalem kamu kemana?!" tanya Bagus.

"Ada." jawab Bara enteng.

"Kemana saya tanya?!"

"Di luar."

"Balapan lagi kamu?!"

Mona diam. Ia tidak bisa bertindak apa-apa kalau Bagas sudah marah. Tetapi wajah Bara seperti tidak ada kejadian apa-apa semalam. Ia masih sibuk mengoles nutela pada roti. Malas mendengar ucapan Ayah nya.

"Kalau orang ngajak bicara tatap mata nya!"

"Percuma."

"Apa maksud mu?!"

"Ga ngaruh apa-apa."

"Ayah tanya sekali lagi. Malem kamu kemana?!"

"Kan udah tau, kenapa nanya lagi?"

"Dasar anak tidak sopan!"

•••

Bara datang ke sekolah terlambat akibat bangun nya yang kesiangan dan harus mendengarkan omongan dari Bagus. Kebetulan satpam yang biasa nya berjaga itu tidak masuk dan digantikan oleh piket yaitu Bu Sri. Tidak kalah galak dengan Pak Dedi guru BK itu. Bara berdiri di depan Bu Sri. Wajah nya sama sekali tidak takut karena dirinya sudah tau akan di hukum.

Dari arah belakang, ternyata ada siswa lain yang terlambat Gavino dan Levin. Sudah pasti Bara tidak akan di hukum sendirian.

"Lo telat juga?" ucap Levin.

Dear my KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang