23. Yang kuat, Bunda

37 2 0
                                    

happy reading gais!<3

•••

Kyra pergi dari tempat itu dan memasukki taksi yang sudah berada di depan tempat makan tersebut. Derai air mata nya sudah membasahi wajah nya. Tega sekali Ayah nya berbicara hal yang sebenarnya terjadi dan menjadi hal yang paling ia takuti selama ini.

Bingung harus melakukan apa kepada penumpang yang sedang menangis, pengemudi taksi itu memberikan sebotol air putih pada Kyra dan mencoba menenangkan penumpang nya.

"Minum dulu Mba, siapa tau Mba bisa tenang." ucap pengemudi itu.

Kyra menerima pemberian dari pengemudi itu. "Makasih, Pak."

"Iya Mba."

Kyra meminta dirinya diantarkan ke Rumah Sakit Nusa Abadi tempat Ibu nya di rawat. Sampai di Rumah Sakit ia langsung membayar dan berucap terima kasih lalu turun dari taksi tersebut. Ia sudah tidak menangis, ia tidak mau terlihat sedih di depan Ibu nya.

Ia segera mendatangi ruangan Ibu nya, ternyata sudah ada Rakry yang sedang berdiri melihat ke arah ibu nya yang sedang di tangani oleh Dokter. Kondisi Dian saat ini sedang kritis. Melihat Rakry seperti itu, jelas membuat Kyra panik.

Kyra menghampiri Rakry. Rakry meraih kepala adik nya kemudian memeluk dengan air mata yang mulai menetes perlahan. Pecah tangis Kyra setelah Rakry memeluk dirinya padahal ia sudah berjani tidak akan menangis lagi.

"Bunda kenapa, Bang?" tanya Kyra.

"Kambuh lagi." ujar Rakry.

Kyra melepas pelukan nya dan melihat ke arah jendela air mata nya tak henti henti melihat Ibu nya yang sedang ditangani Dokter. Kyra takut omongan Dermawan akan menjadi kenyataan.

"Gimana dia?" tanya Rakry. Dia yang di maksud adalag Dermawan.

"Gue ga akan mau lagi ketemu sama dia. Dia udah mau bahagia sama pasangan baru nya dan dia seenaknya bilang kalo Bunda udah meninggal dihadapan wanita lain." ujar Kyra dengan isak tangis nya.

"Anjing!" cemooh Rakry.

"Kenapa Bang Rakry mau nurutin perintah dia yang jelas jelas itu buat gue sakit hati."

"Dia maksa, gue udah coba dengan ribuan alasan supaya lo ga ketemu."

"Gue takut kalo Bunda tau dia makin drop..hikkss."

Dokter keluar dan memberitahu kondisi Dian. Kondisi Dian masih bisa ditangani oleh Dokter tetapi masih dalam keadaan yang kritis. Dokter memperbolehkan mereka masuk menemui Dian.

"Terima kasih, Dok."

Keduanya nya memasukki ruangan, Kyra duduk di kursi sebelah ranjang Dian dan Rakry berdiri. Kyra memegang tangan Dian dan mencium bagian punggung tangan Ibu nya sambil menangis.

"Bunda, bangun yuk.. kita bangun semua nya dari nol, aku gamau liat bunda terus terusan berbaring dirumah sakit. Aku kangen masakan bunda." lirih Kyra.

"Bunda yang kuat ya, aku yakin bunda bisa sembuh,"

"Bunda tau ga, aku selalu ngebayangin bunda sembuh terus kita berbagi cerita kayak dulu, udah lama bunda kita ga tukar cerita, aku pengen balik lagi ke masa itu, bunda."

Tak kuat melihat adik nya seperti itu, Rakry memilih keluar dari ruangan dan mencari tempat untuk menyendiri. Dirinya butuh ruang sendiri saat ini.

"Yang kuat, Bunda. Sebentar lagi bunda sembuh ya.. aku selalu nunggu bunda. Love u Bunda."

Dear my KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang