Gue bawa mobil Patrick sampai apartemennya. Kami masuk dan naik ke lantai 30 ke kamar mewahnya. Gue bawa Patrick untuk berbaring di kasurnya dan gue berencana pulang.
"Gitu aja?" tanya Patrick.
"Lo mau apa lagi?" tanya gue.
"Cium" Patrick yang terlihat seram dengan beberapa memar di wajahnya, tapi secara bersamaan terlihat menggemaskan dan jujur itu gak bisa gue tolak.
"Kenapa gue harus cium lo Pat? lo nyakitin sahabat gue, artinya lo nyakitin gue. Gue udah bilang jangan kepancing sama Dino tapi lo tetep nonjok dia"
"Aku minta maaf" Patrick mengambil tangan gue dan meletakkannya ke dadanya "Aku minta maaf dari hati yang paling dalam, tapi aku gak bisa ngeliat kakak direndahkan kaya tadi"
"Tapi tetep aja tindakan lo salah"
"Aku ngaku salah, aku minta maaf banget" Patrick ngecup tangan gue dan ngebawa tangan gue untuk ngelus pipi dia.
Gue terdiam dan badan gue sama sekali gak mau ngelawan apa yang dia lakuin. Patrick narik gue ke kasurnya dan dia langsung nyiumin bibir gue dengan bibirnya yang kasar.
"Love you" bisiknya dan mencium lagi bibir gue sambil sedikit ngebasahin bibir gue dengan air liurnya.
Patrick menindih badan gue dan bisa gue rasain nafas beratnya menghembus ke telinga gue. Tangan gue ngeraba perutnya yang benar-benar kerasa kaya balok-balok keras berisi otot dilapisi kulit. Tangan Patrick melepas kemejanya dan bisa gue liat beberapa memar merah kebiruan bekas perkelahiannya dengan Dino tadi.
"Badan lo gak papa?" tanya gue khawatir.
"Ini perjuangan buat dapetin kak Lian kan" balasnya dan melahap bibir gue dengan penuh nafsu.
Gue cuma bisa nutup mata dan menikmati permainan bibirnya. Patrick ngelepas pakaian gue dan meletakkan kesepuluh jarinya di perut gue seperti sedang memainkan piano. Sensasi geli itu bikin gue beberapa kali mengencangkan otot perut dan ngebuat Patrick ngerasa seneng.
"mmm kakak wangi banget" pujinya, dihidupnya aroma dada dan perut gue, lalu kembali dia ke kepala.
Kami kembali berciuman dan tangannya memegang puting gue dengan jempolnya, di tekannya puting gue kedalam dan simulasi itu malah bikin puting dada gue jadi semakin mencuat tegang. Ditekannya puting itu dengan jempol dan telunjuknya sambil dia plintir plintir kecil dan itu bikin gue kelepasan mendesah.
"ahhh"
Patrick semakin mempercepat plintirannya sampai dada gue jadi merah-merah.
"Enak?" tanyanya.
Gue menelan ludah dan sadar, gue memang gak cinta sama dia, tapi gue gak mau dia berenti mainin badan gue. Dia memang gak ada di hati gue, tapi dia tahu cara bikin penis gue tegang sampai mau meledak. Patrick ngeluarin lidahnya yang cukup panjang dan lidah itu dia bawa dari bibir gue sampai leher gue. Dia sedot leher gue dan gue inget kalau dia pernah ninggalin bekas cupang yang lama ilangnya, gue sedikit menolak.
"Jangan, nanti ada bekasnya" bisik gue.
"Oke" Patrick menurunkan kepalanya ke pusar gue dan dia mengigit pelan perut gue seperti memakan roti. Giginya yang lumayan tajam ngebuat gue ngerasa geli-geli sedep. Dia turun lagi dan nurunin celana gue, ngeluarin batang tegang gue yang ujungnya udah ngeluarin cairan pelumas alaminya.
"Kakak udah sesange ini?" tanyanya dan tertawa gue
"Jangan dibahas, isep aja cepet" pinta gue yang udah malu karena badan gue emang gak bisa nolak.
Patrick dengan tubuh besarnya itu takluk melihat batang gue. Di masukkannya kepala jamur itu ke mulutnya dan tangannya mengocok batang gue perlahan. cup-cup-cup di kecupnya lubang kencing gue dan itu bener-bener bikin gue mendesah kegelian. Tangan gue memegang kepalanya dan perlahan menekan mulutnya untuk nelen batang gue sampai ke ujungnya. Batang itu mulai masuk ke tenggorokannya yang hangat dan Patrick sedikit tersedak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terong Emas dan Raksasa Jingga (ORANGE)
Teen Fiction[BL 17+] (Disarankan untuk membaca book Green sebelum membaca book ini, tapi kalau gak mau gak masalah) Kapan rasa itu muncul? Lian dan Dino adalah sehabat yang melewati masa SMA mereka dengan berbagai masalah remaja. Tapi kembali ke masa lalu ada...