#12 Masa Depan : Rumah Bryan

618 54 4
                                    


POV DANIEL

Kami pergi ke dokter karena luka bakar Bryan semakin terasa gatal. Gue bawa mobil itu pergi ke rumah sakit andalan gue dan saat itu langsung gue bawa dia ketemu dokter kulit spesialis yang gue kenal.

"Gimana?" tanya gue ke dokter itu.

"Santai Niel. Kamu cuma salah olesin obat, kulitnya alergi ke bahan di obat itu, obat itu emang manjur tapi gak ke semua orang" ucap si Dokter.

"Terus gimana?"

"Dia cuma perlu minum obat antialergi, tidur, dan besok bakal sehat lagi. Saya juga sudah kasih salep yang manjur buat luka bakar di resep obat yang harus kamu tebus"

"Makasih dok"

"Sama-sama, Tapi untuk obat alergi yang harus dia minum itu bakal bikin ngantuk, jangan biarin dia nyetir ya" ucap si Dokter.

Bryan mendekati gue dengan wajah tersenyum dan kantong obat di tangannya. Kami keluar dari rumah sakit dan gue nganterin Bryan pulang ke rumahnya.

"Maaf kalau saya ngerusak hari ini," gue berusaha memulai obrolan di mobil.

"Bapak gak salah apa-apa, itu salah saya, harusnya saya cek kepanasan air kopinya," balas Bryan.

"Saya harusnya gak biarin Ruby dateng ke kantor, dia emang suka cari masalah"

"Gak apa-apa pak, mbaknya juga pasti gak sengaja kan"

"By The Way ini bener jalan ke rumah kamu?"

"Ya"

Hari itu gue nyetirin mobil kantor untuk Bryan, mobil itu terparkir di depan sebuah rumah sederhana yang kelihatan kurang terurus. Pagar besi rumah itu berkarat, taman di depan rumah penuh rumput liar dan cat dindingnya juga memudar.

"Makasih pak udah nganter saya" ucap Bryan.

Udah gitu aja? gue gak ditawarin masuk nih? minum kek, apa kek?

"Saya boleh numpang ke toilet?" tanya gue berusaha basa-basi.

"Silahkan pak, tapi rumah saya sederhana banget"

"Gak papa" Gue keluar dan ngeliat Bryan membuka kunci di pintu masuk rumah itu "Rumah kamu kosong?"

Bryan masuk terlebih dahulu, menghidupi semua lampu dan sedikit merapikan perabotan yang berantakan "Iya pak, ini rumah waktu ibu dan adik saya masih di kota. Semenjak ayah saya di penjara, kami pindah ke rumah yang lebih kecil. Ibu dan adik saya pindah ke rumah nenek di luar kota karena ibu saya sakit dan nenek bisa merawatnya. Saya menjaga rumah ini karena ini satu-satunya aset kami"

"Kamu tinggal sendirian?" tanya gue.

"Ya.." Bryan menggendong seekor kucing "Saya punya kucing, namanya Eco"

"Halo Eco" Gue berusaha ramah dengan mengelus kucing itu.

Gue berjalan melihat beberapa foto di dinding. Mata gue tertuju ke foto kelulusan TK. TK themia, ada foto anak-anak yang seangkatan dengan Bryan dan bahkan ada gue disana.

"Kamu inget temen-temen TK kamu?" tanya gue berusaha memancing Bryan.

"Gak, saya gak banyak inget orang dari masa lalu saya" balas Bryan.

"Kenapa?" tanya gue dan memegang tangan Bryan "Lo gak ingat gue?"

Kami saling tatap, nafas Bryan tiba-tiba menjadi berat dan dia tiba-tiba meneteskan air mata "Bapak katanya mau ke toilet kan?" Dia menjauh sambil menyapu air matanya dan mengarahkan gue ke toilet.

Gue buang air kecil dan ngeliat shampo, sabun, bahkan sikat gigi yang terlihat hanya ada 1. Sudah pasti itu yang Bryan pakai untuk mandi. Gue cium aroma shampo yang jelas itu aroma rambut dia. Gue kecup ujung sikat gigi yang dia pakai. Bahkan gue berencana untuk nyolong celana dalam dia lagi. Tapi gue putusin kalau bikin dia inget siapa gue jauh lebih penting.

Terong Emas dan Raksasa Jingga (ORANGE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang