#22 Masa Muda : Luar Gedung Seni

414 39 5
                                    

—POV LIAN

Waktu Dino menghempas HP Hannah ke tanah, gue, Salma, dan Patrick terkejut banget. Hannah keliatan marah banget dan Dino kayanya kehilangan kontrol emosinya. Gue mau nyamperin dan ngelerai mereka, tapi Salma nahan gue. 

"Lian, itu bukan urusan lo, jangan ikut campur, biarin Dino nyelesein masalahnya sendiri" ucap Salma yang megang tangan gue supaya gue gak pergi.

"Tapi Dino kalo marah dia bisa ngomong macem-macem, moodnya hari ini lagi buruk banget" balas gue ke Salma, gue ngelepas diri dari pegangan Salma, tapi Patrick narik dan meluk gue dengan erat.

"Kak Salma bener, Kak Lian gak perlu ikut campur urusan mereka, bisa bahaya di kakaknya juga" ucap Patrick, tangan kekarnya menahan badan gue seperti kurungan yang keras.

"Lepasin gue Pat, ini urusan gue sama Dino, gue gak bisa diem aja sebagai sahabat Dia" balas gue dan berusaha melepaskan diri.

Patrick melihat kearah Salma.

"Kami udah ingetin lo Lian, kalo lo emang mau begitu yaudah" ucap Salma dan minta Patrick ngelepasin gue.

PLAK, Hannah menampar Dino dan ngebuat kami bertiga terdiam sejenak.

"Lo kira gue cewek apaan?" Hannah terlihat sangat kesal dengan ucapan Dino "Gue gak masalahin fisik lo Dino, tapi Sikap lo yang kurang ajar ini, bikin lo bakal kesepian seumur hidup lo"

Dino mengepal tangan dan hampir memukul Hannah, gue berlari dan menahannya "Dino, Please, Jangan main tangan" bisik gue sambil menahan tangannya. Tangannya nonjok telapak tangan gue dan kekuatannya jauh lebih kuat dari pukulan Dino yang biasanya main-main, dia benar-benar berniat nonjok Hannah.

"Awas" Dino keliatan udah di ujung kesabarannya. Matanya menatap kosong tapi terlihat sangat-sangat marah.

"Lo gak papa?" tanya gue ke Hannah.

"Hp gue retak" balas Hannah.

Dino mengeluarkan dompetnya dan melempar dompet itu ke Hannah "Ganti HP lo yang gak seberapa itu. Kurang?" Dino mengeluarkan uang dari saku celananya dan melempar puluhan lembar uang 100ribu ke muka Hannah.

"Kurang ajar lo ya" Hannah maju dan mencakar Dino, Dino ingin menonjoknya, gue yang di tengah ketonjok dan kecakar bersamaan.

Salma dan Patrick keluar dari persembunyian. Salma langsung mengajak Hannah menjauh dari sana situasi mereda. Patrick ngambil dompet Dino dan memungut uang yang berserakan supaya gak bikin heboh kalau ada yang liat.

"Dino, lo maunya apa?" tanya gue "Lo mau partner Prom? lo bisa pergi sama Salma, gue gak papa pergi sendirian"

Dino mengepal tangannya "Lo gak bakal pergi sendiri Lian, lo bisa aja pacar lo itu" Dino melirik ke arah Patrick.

"Gue mau lo tenang oke, kita pulang ya, gue tahu lo sedih, marah, kesel, tapi lebih baik lo istirahat sekarang" gue berusaha merangkul dan membawa Dino pergi.

"Jelas gue kesel, sahabat gue ngewe sama cowo, gebetan gue gak pernah suka sama gue, prom gue sendirian, harusnya kelulusan gue jadi kelulusan yang seru tapi malah berantakan" ucap Dino.

Gue gak perduli omongan Dino saat itu, bagi gue yang penting gimana caranya supaya dia bisa pulang dan gak nyakitin orang lain. Patrick mendekat lalu memberikan dompet Dino ke gue.

"Gimana?" tanya Dino ke Patrick "Enak isepan dia?"

Patrick ngeliat Dino dengan wajah kesal "Kak Dino mabuk?"

"Jangan perduliin dia Pat" pinta gue ke Patrick.

"Anter gue pulang Li" ucap Dino "Terus waktu gue tidur, lo bakalan grepe-grepe gue kan? jiwa homo lo pasti bakalan gak tahan buat perkosa gue"

"ssst diem, lo lagi gak bisa mikir jernih Din" gue berusaha nenangin Dino.

"Kira-kira kalo lo diperkosa cowok lo bakalan teriak atau malah keenakan?" tanya Dino "hahaha, jangan deket-deket sama Patrick, nanti lo diewe dia lo nangis"

Patrick narik Dino dari gue dan langsung nonjok muka Dino sampai Dino jatuh ke lantai.

"Patrick!!" Gue mendorong Patrick dan membantu Dino berdiri "Jangan kepancing sama dia"

"Biarin aja dia kak, dia gak punya hati, dia gak perduli sama kak Lian, kenapa kakak baik banget sama dia?" tanya Patrick.

"Dia sahabat gue Pat, gue minta tolong lo telepon Zaka sekarang, cuma Zaka yang bisa diemin Dino kalau dia udah begini" pinta gue.

Hidung Dino berdarah karena tonjokan Patrick, gue bersihin darah itu dengan sapu tangan gue dan Dino cuma bisa diem, natap kosong, dan ngeluarin kata-kata yang buruk.

"Sahabat? kalo lo sahabat gue harusnya lo cerita kalau lo gay dari dulu " ucap Dino.

Gue tahu percuma ngomong sama dia dalam kondisi pikirannya kacau begitu, gue putusin buat diem dan ngebiarin dia nyerocos sendiri.

"Kak Zaka di jalan kesini" ucap Patrick.

"Gue heran, kota ini isinya homo semua" ucap Dino "Gak sayang Pat, fans lo banyak, tapi lo lebih milih boolnya Lian"

Patrick hampir nonjok lagi, tapi gue menahan dan menggeleng ke dia.

"Wah nurut banget" sindir Dino "hati-hati Lian, biasanya cowok yang nurut begini, kalo di ranjang bakalan brutal banget. Nanti lo bisa ambeien lo"

"Lo bisa diem gak?" Patrick menunjuk muka Dino dengan kesal.

"Gak bisa" balas Dino "Lo bisa diem gak pat? kenapa lo biarin Lian ngisep k*nt*l lo hah? kenapa gak lo tolak? gue tahu kenapa. Karena lo udah sange gak ketolong"

Patrick berusaha tidak melawan.

"Kayanya kalo gue tidur, Lian bakalan diem-diem ngisep punya gue juga. Kalian para homo ANJING kan cuma mikir ngewe-ngewe-ngewe mulu. Liat babi di jalan juga pasti kalian ewe"

Patrick kehabisan kesabaran dan bener-bener ngedorong gue ngejauhin Dino. Dilemparnya badan Dino ke daerah sepi dan saat itu mereka adu tonjok. Patrick nonjok muka Dino, narik rambut Dino dan dengan sekali pukulan ngebuat Dino mimisan. Dino melawan dan menendang Patrick sampai Patrick terjatuh ke tanah. Dino nonjok perut Patrick berkali-kali dan terus memakinya "Anjing, Homo, Bangsat" Patrick kesakitan tapi dia bisa mencekik dan nonjok muka Dino lagi. Mereka saling cekik dan perkelahian berubah menjadi saling cengkeram leher dan tendang-tendangan. Patrick ngedorong Dino ke dinding dan ngehantam punggung Dino dengan keras ke dinding itu, dia mencekik dan tonjokannya ngebuat bibir Dino berdarah. Dino membalikkan keadaan dan nonjok dada Patrick berkali kali, dia menghantam Patrick ke dinding dan menendang perutnya. Bisa gue lihat perbedaan cara berantem mereka. Dino fokus nonjok badan sedangkan Patrick fokus nonjok muka. Sedangkan gue fokus nyari sekuriti.

Beberapa pukulan Dino terjatuh, beberapa pukulan Patrick terjatuh, Dino jatuh, Patrick jatuh, berulang-ulang sampai mereka di lerai sekuriti dan kami diusir keluar. Dino dan Patrick berkelahi dengan kekuatan penuh, bisa gue liat dari muka dan badan mereka yang babak belur.

Beberapa menit kemudian Zaka datang dan langsung membopong Dino.

"Halo homo" sapa Dino ke Zaka.

"Halo" Zaka membalas dengan santai dan langsung masukin Dino ke mobilnya.

"Makasih Zak" ucap gue ke Zaka.

Zaka ngeliat Patrick yang penuh luka tonjokan "Gue udah ingetin lo buat gak usah terlalu deket dengan Patrick kan Lian" bisiknya.

"Gue bisa jaga diri zak, tenang aja" balas gue.

"Lo gak pulang sama gue?" tanya Zaka.

"Gak, gue bawa mobil soalnya"

Zaka pergi dan gue inget kalau mobil gue dipake Salma buat nganter Hannah pulang kerumah.

"Singgah ke apartemen ku kak?" tanya Patrick.

"Ngapain gue singgah ke tempat orang yang nonjok sahabat gue sendiri" balas gue kesal

Patrick melempar kunci mobilnya "Aku gak bisa bawa mobil, tangan sama kaki aku sakit karena kak Dino. Kakak sahabatnya kan, kakak harus tanggung jawab anter aku pulang dong"

Terong Emas dan Raksasa Jingga (ORANGE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang