#32.2 : Masa Depan : Tepi Pantai

460 40 2
                                    

19:00

Bryan melihat Daniel sudah berdiri didepan panggangan BBQ, pria itu meletakkan daging sapi, sosis, ikan, jagung dan dada ayam diatas pemanggang besar. Daniel mengolesi bumbu bakar yang berdesis saat terkena api dan aromanya menyebar sampai ke hidung Bryan. Dia menggunakan celemek melapisi kemeja dan celana pantainya, terlihat tampan dan semakin menawan saat asap dari pembakaran makanan keluar dari balik tubuhnya.

"Udah bangun?" tanya Daniel sambil tersenyum manis, dia berjalan ke sebuah panci kukus elektrik. Semua listrik dikanopi itu menggunakan tenaga dari genset yang berdaya tinggi. Saat panci kukus dibuka, Daniel mengeluarkan kentang rebus, telur, dan beberapa mangkuk kuah-kuahan.

"Kita gak bakal abisin semua makanan ini kan?" tanya Bryan sambil mengucek matanya yang tadi tertidur sesudah 'disedot'.

"Ya gak usah dihabisin, semampunya aja" Daniel membuka kotak es dan melempar sekaleng soda ke samping Bryan.

"Kalo selengkap ini namanya bukan kemah" ucap Bryan "Kita harusnya mancing sendiri, bakar pake kayu yang kita potong sendiri, dan minum air kelapa yang dipetik langsung dari pohonnya"

"Kata siapa kita mau kemah. Ini namanya menikmati suasana pantai dengan perlengkapan yang matang" jawab Daniel dan kembali ke panggangannya "Perjuangan manusia untuk hidup enak itu gak mudah, kita yang hidup mudah kok malah mau hidup susah"

"Ya serunya disitu"

"Ini yang seru" Daniel menunjukkan semua makanan yang sudah dia siapkan. Steak, Ikan bakar, Ayam Bakar, Sayuran kukus, Sosis, dan beberapa makanan lain yang sangat menggiurkan.

Mereka makan di bawah cahaya bulan dan bintang, didepan desiran air dan pasir pantai, ditemani suara musik dari handphone yang memainkan alunan biola dan makanan yang berlimpah. Daniel melihat ke arah Bryan dengan pandangan penuh cinta, seolah-olah semua yang dia inginkan ada didepan matanya. Bryan menoleh dan melihat bosnya itu menatapnya sangat dalam "Kenapa lo buat ini semua" tanyanya.

"Karena gue mau" balas Daniel.

"Kenapa gue?" tanya Bryan lagi "Banyak orang yang lebih pantas ngedapetin ini selain gue. Gue cuma bawahan lo"

Daniel memegang tangan Bryan "Lo udah lama muncul di hidup gue Bryan.. Gue mau bahas masa lalu tapi gue gak mau ungkit luka lama kita untuk lo"

Bryan terdiam sejenak, menunduk dan mulai menangis.

"Bryan.. " Daniel ingin merangkulnya, tapi Bryan menepisnya...

"Jangan sentuh gue dulu Niel, gue butuh waktu.." suara Bryan terdengar rapuh, mereka diam sejenak.

Bryan mulai menangis, suara tangisannya terdengar jelas walau ombak cukup ribut. Daniel mulai meneteskan air matanya juga. Tapi baginya yang terbaik saat ini adalah diam. Suasana sejuk, tenang, damai dalam sedetik dan hanya karena kata masa lalu, langsung berubah menjadi suasana dingin, kelam dan penuh air mata.

"Gue berusaha ngelupain semua dosa lo Niel" ucap Bryan "Dari rasa sakit yang lo perbuat ke gue dulu, lo pukul kepala gue sampai gue harus dirawat di rumah sakit, papa lo masukin papa gue ke penjara, keluarga gue kehilangan semuanya, hancur berantakan, mimpi gue kandas, dan cita cita gue untuk bisa jadi CEO di perusahaan yang gue mau juga lo ambil dari gue"

Daniel terdiam dan menunduk.

"Gue gak bisa maafin lo niel, satu satunya yang bisa gue lakuin cuma berusaha menganggap lo seorang CEO baik yang nerima gue sebagai karyawannya"

"Gue juga ngerasa kalau gue gak pantes dapetin maaf dari lo Bry" Ucap Daniel "Tapi gue gak tenang. Setelah kematian papa gue, gue ngerasa semua dosanya turun ke gue. Gue pengen nebus semua kesalahannya tapi gue gak tahu caranya"

Terong Emas dan Raksasa Jingga (ORANGE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang