#47 Penerimaan

483 32 2
                                    

1 Chapter terakhir

Gue duduk di kasur.

Daniel duduk di kursi kamar hotel.

Kami saling menatap dan sadar kalau banyak hal yang harus dibicarakan.

"Gue minta maaf" Daniel memulai pembicaraan.

"Gue gak tahu harus maafin lo mulai darimana"

Daniel mendekat dan memegang tangan gue "Bryan, Lui hidup di eropa dan di Hawaii dia terbiasa dengan sex bebas dan punya budaya yang beda dengan kita. Gue akuin gue terlalu mabuk dan setengah sadar ngebawa dia ke kamar kita. Dia gak tahu kita punya hubungan dan mikir kita cuma rekan kerja. Terlalu banyak kesalahpahaman, gue buat terlalu banyak kesalahan, gue bener-bener minta maaf"

"Lui mana?" tanya gue.

"Waktu lo masih tidur, kami bangun duluan dan gue baru bisa jelasin semuanya ke dia. Dia juga minta maaf, dan gue yakin ketemu dia bukan ide yang bagus"

"Dia hampir ngelakuin hal yang enggak-enggak ke gue waktu pijat Niel. Gimana kalo dia sengaja bikin lo mabuk untuk bawa dia ke kamar ini"

"Lo tahu Ruby kan? semua tamu undangannya pernah dia tidurin. Semua orang yang diundang bersamaan dengan kita adalah orang-orang yang bejatnya sama kaya dia. Lui bilang dia gak bakal ngegodain lo, ngegodain gue, bahkan masuk ke kamar ini kalau dia tahu kita ada di dalam ikatan hubungan"

"Terus? kalopun dia gak tahu hubungan kita. Lo juga gak seharusnya kan kegoda sama dia. Lo bisa bawa dia ke kamar ini ngebuktiin kalo lo emang punya kemungkinan untuk selingkuh Niel"

Daniel ngelepas tangan gue "Kita di luar negeri Bryan, kita di pesta yang liar, di tempat yang alkohol dan sex bisa bebas dilakuin dimanapun. Disini kita bisa bebas ngelakuin apapun yang kita mau, dan gue kira lo bakalan fine-fine aja dengan itu"

"Gue gak fine-fine aja karena lo bawa orang lain untuk ngesex sama gue Niel"

"Gue berapa kali harus bilang kalo gue minta maaf" Daniel berdiri.

"Gue bisa maafin lo, tapi gimana gue bisa yakin kalau nanti malem lo gak nyari cowo lain buat lo ajak tidur? atau nanti waktu kita balik, mungkin aja dibelakang gue lo pergi ke bar gay, mabuk mabuk, dan tidur sama cowo lain kan?"

Daniel terlihat emosi mendengar yang gue bilang "Gue gak bakal begitu kalau ada cincin di tangan gue, gue gak bakal begitu kalau gue bisa bilang ke semua orang lo milik gue dan gue milik lo Bryan. Lo yang bilang gak masalah gue dengan siapapun asal gue tetap cinta sama lo. Lo yang bilang jalan kita masih panjang dan kita gak perlu pengikatan apapun. Tapi lo sekarang bersikap seolah-olah kita udah nikah. Lo yang gak mau gue ajak nikah Bryan"

"Karena gue gak yakin lo bakalan setia sama gue" jawab gue.

"Lo gak pernah yakin, lo gak akan pernah yakin. Dengan semua yang udah gue lakuin, dengan semua yang udah kita laluin, gue selalu kurang" Daniel keluar dari kamar dan ngebanting pintu kamar hotel itu.

Sebenarnya gue pengen nangis, tapi entah kenapa perdebatan begini udah sering terjadi antara gue dan Daniel. Gue juga inget kalo sekarang kami lagi di Hawaii, gak lucu kalau gue bersedih di tempat liburan. Gue duduk di teras sambil berusaha menenangkan diri. Berpikir siapa yang salah, gue yang gak mau terikat, atau Daniel yang maksa terikat tapi dia juga masih pengen bebas.

"Halo" Ruby masuk sambil ngebawa nampan, dia ngasih gue teh untuk diminum "Berantem sama Daniel?"

"Biasalah, kami selalu berantem tiap dia aneh-aneh"

"Daniel emang aneh kan" jawab Ruby.

"Tapi keanehan itu terlalu sulit untuk gue terima sekarang" jawab gue dan minum teh.

Terong Emas dan Raksasa Jingga (ORANGE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang