Chapter 01 - Terakhir

863 39 0
                                    

-Selamat Membaca-

Kalau suka, jangan lupa untuk tekan bintang di pojok dan tinggalkan komentarnya. Menerima kritik dan saran💙

***

Suasana mendadak menjadi tegang, sorotan mata yang tajam itu seolah tengah mengintimidasi ke empat murid yang saat ini tengah berada di ruangan BK, dengan wajah yang dipenuhi luka memar.

Seorang laki-laki paruh baya itu menghela napasnya, entah yang keberapa kali anak didiknya tersebut membuat masalah, lagi dan lagi. Padahal ke empat muridnya itu sudah mendapatkan surat peringatan untuk yang kedua kalinya, jika mereka sampai membuat masalah lagi, maka konsekuensinya adalah drop out.

"Mau jadi apa kalian? Jagoan?" Suaranya meninggi satu oktaf.

Mereka terdiam.

"Jawab!" bentaknya.

"Tidak, Pak!" jawab mereka serentak dengan kepala yang menunduk.

"Sp dua sudah keluar. Kalian tahu konsekuensinya jika sp tiga keluar?" tanyanya lagi. Namun, keempat muridnya itu hanya terdiam.

"Jawab saya, Regan!"

Regan Adelio Abian, laki-laki yang dikenal hampir seantero SMKN 01 Harapan. Dia dikenal bukan karena prestasinya dibidang akademis, melainkan karena dia selalu terlibat dalam aksi tawuran antar sekolah.

"Drop out, Pak."

Ini bukan kali pertamanya Regan dipanggil ke ruang BK, berhadapan langsung dengan Irawan—selaku guru Bimbingan Konseling. Terlalu sering memasuki ruang BK bukan berarti ia tidak takut untuk dikeluarkan.

"Sekolah ini tidak membutuhkan murid brandalan seperti kalian. Apa yang kalian untungkan dari tawuran? Berduel dan semacamnya? Bahkan, yang membuat saya kecewa, kalian dengan sengaja merekamnya. Untuk apa? Mempermalukan nama baik sekolah?"

"Dua bulan lagi kenaikan kelas, tapi sepertinya sp dua tidak cukup untuk membuat kalian jera!" tegas Irawan, matanya kembali menyorot tajam.

"Jika tidak bisa mematuhi peraturan sekolah, dan ingin melakukan apa yang kalian inginkan sesuka hati, kenapa tidak keluar saja?" Sorotan matanya semakin tajam, menatap semua murid yang terlibat termasuk Regan dan tiga rekannya itu.

Beberapa saat kemudian, Irawan menghela napasnya. "Ini sp ketiga atau sp terakhir untuk kalian. Besok orang tua kalian suruh menghadap ke ruangan saya, keputusannya akan disampaikan langsung oleh kepala sekolah. Sekarang, kalian boleh keluar."

Mereka pun melangkahkan kakinya menuju kantin sekolah. Sepertinya, mereka memang sudah tidak punya kesempatan lagi untuk bersekolah di SMKN 01 Harapan, setelah apa yang dilakukannya kemarin.

Merekam dan memvideo saat Regan sedang berduel melawan Tristan—murid SMKN Tunas Jaya. Setiap kali mereka membuat keributan, yang mereka incar hanyalah atribut sekolahnya. Lalu, ditempelnya di sebuah seragam kosong; yang dikhususkan untuk memasang atribut sekolah lain.

Namun, ternyata tidak hanya mereka yang melakukan demikian, bahkan sekolah lain pun mengincar hal yang serupa—sebagai tanda bahwa sekolah tersebut bukanlah apa-apa dibandingkan dengan sekolahnya. Ditambah lagi, perihal tawuran itu sudah seperti hal yang umum di mata pelajar STM.

Beberapa hari lalu, atribut Reksa berhasil diambil oleh Tristan, membuat Regan marah karena merasa diremehkan. Maka dari itu, dia mengajak Tristan untuk beduel hanya sekadar membuktikan bahwa harga diri mereka tidak bisa diinjak melalui atribut. Begitulah, geng Anker.

Anker sendiri memiliki kepanjangan; Anak Keren, itulah nama yang Regan berikan sewaktu mereka bertemu di acara orientasi peserta didik baru. Bersama ketiga rekannya, Revano, Reksa, dan juga Radit.

Monochrome! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang