Chapter 16 - Dibalik Kata Tidak Apa-apa!

94 6 0
                                    

Hujan mereda sekitar beberapa menit yang lalu. Gea mau pun Revano sudah bersamanya saat ini, membawa beberapa obat yang mereka butuhkan untuk mengobati luka Fayolla. Lukanya tidak banyak, hanya ada beberapa, tetapi mereka cukup dalam.

Air hujan yang menyerap ke dalam perban itu, membuat luka di tangannya sedikit membengkak, dan memperparah luka tersebut. Mereka menatap luka tersebut cukup lama, tidak menyangka inilah alasan utama kenapa gadis itu tak mau melepas hoodie-nya.

Namun, hari ini Fayolla memilih untuk tak memakai hoodie, menarik perhatian seantero Taruna Bangsa. Siapa yang tidak tahu Fayolla? Dia memang tidak masuk ke dalam list troublemaker, tidak juga masuk ke dalam list good girl, tetapi dia hanya gadis cantik biasa yang sering kali keluar masuk ruangan BK karena sikapnya yang penuh tanya.

Dia terlihat santai, tidak banyak berbicara kepada orang baru. Dia tidak pernah membuat masalah di luar kelas mau pun di luar sekolah, tetapi kenapa dia sering dihukum para guru? Gadis cantik, yang terlihat soft itu memiliki teka-teki yang selalu menarik perhatian murid lain.

Jika kalian yang tidak tahu siapa Fayolla. Mungkin akan beranggapan dia adalah gadis yang sempurna yang Tuhan ciptakan. Memiliki wajah cantik, berasal dari keluarga yang berada, dan memiliki sahabat yang baik, yang tak kalah cantik darinya. Namun, ketika kalian memasuki area Taruna Bangsa, dan duduk di kelas IPS tiga. Maka, kalian akan tahu bagaimana gadis itu sebenarnya.

Siapa yang menginginkan teman atau pacar seperti dia? Gadis aneh, dengan segala kepribadiannya yang penuh teka-teki.

Cairan bening menetes dari pelupuk mata Fayolla, menjadi pusat perhatian itu tidak menyenangkan, tidak seperti apa yang Elle katakan kepadanya. Karena semakin banyak pasang mata yang menatap, semakin banyak juga opini yang mereka miliki tentang dirinya.

"Gue udah cukup jadi pusat perhatian seantero sekolah. Apa gue juga harus nerima ini dari kalian?" ucap Fayolla pelan, nyaris tak terdengar.

"Faedahnya lo ngelakuin itu apa, sih?" Revano bertanya.

"Jawabannya ada dari sudut pandang lo sendiri." Fayolla menjawab, lalu mengambil salep dan mengoleskannya pada luka tersebut.

Gea menyikut lengan Revano, berbisik bahwa pertanyaannya adalah salah. Meskipun pada awalnya dia juga tidak percaya, dan sering kali bertanya kenapa, tetapi sekarang tidak lagi. Sebab Gea tahu, ada beberapa pertanyaan yang tak perlu ada jawabannya.

Kini, Gea pun merebut salep tersebut dari tangan Fayolla. Namun, gerakannya kalah cepat dari Regan. "Gue aja." Laki-laki itu bersuara.

"Lo gak perlu jawab pertanyaan mereka, kalo lo gak mau menjawabnya."

"Diam aja gak cukup," ujar Fayolla.

"Lo punya earphone? Sematkan di telinga lo, biar lo gak denger pertanyaan itu lagi," saran Regan.

"Gak baik kalo keseringan pake earphone."

"Kalau gitu, buang aja telinganya."

Semua terdiam, kecuali Reksa dan Radit yang memberikan respons dengan tertawa kecil. Fayolla mengerucutkan bibirnya, meskipun Regan sudah membantu mengobati dan memasangkan perbannya, tetap saja laki-laki itu adalah manusia yang paling menyebalkan.

Monochrome! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang